Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan dalam Tembang Macapat Jawa
14 Desember 2020 12:23 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan merupakan rangkaian aturan yang terdapat dalam tembang macapat Jawa . Macapat sendiri merupakan hasil kebudayaan berupa puisi rakyat yang penyebarannya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Melansir situs Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan Kemdikbud, macapat merupakan salah satu sarana untuk merenung. Tradisi ini juga sangat efektif untuk pendidikan dan digunakan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam oleh para Wali.
Perpaduan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan membuat tembang macapat menjadi indah sehingga menarik hati para pendengarnya.
Nah, berikut adalah penjelasan apa yang dimaksud guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan beserta contohnya:
Guru Gatra
Seperti puisi dalam Bahasa Indonesia yang memiliki beberapa bait, macapat Jawa juga demikian. Tiap bait memiliki jumlah larik (baris) tertentu.
Nah banyaknya jumlah larik dalam satu bait tembang macapat ini disebut guru gatra. Agar lebih paham, perhatikan contoh berikut:
ADVERTISEMENT
Lagu Macapat Mijil
Madya ratri kentarnya mangikis, (1)
Sira Sang lir sinom, (2)
Saking taman miyos butulane, (3)
Datan wonten cethine udani, (4)
Lampahe lestari, (5)
Wus ngambah marga Gung (6)
Petikan bait tembang di atas memiliki enam baris kalimat, yang berarti terdiri atas enam guru gatra.
Guru Lagu
Guru lagu merupakan jatuhnya suara vokal (a, i, u, e, o) terakhir dalam setiap larik. Perhatikan contoh berikut ini:
Kinanthi
Anoman malumpat sampun (u)
Prapteng witing nagasari (i)
Mulat mangandhap katingal (a)
Wanodya yu kuru aking (i)
Gelung rusak wor lan kisma (a)
ADVERTISEMENT
Kang iga-iga kaeksi (i)
Pada baris pertama, meski berakhiran huruf n, guru lagunya adalah u, karena hanya memperhatikan huruf vokal. Jadi guru lagu tembang tersebut adalah u-i-a-i-a-i.
Guru Wilangan
Guru wilangan adalah jumlah suku kata dalam satu baris. Cara menentukan suku kata sama dengan Bahasa Indonesia, yaitu merujuk pada banyaknya kecap kata. Berikut adalah salah satu contoh yang diambil dari tembang Mijil:
Geter pater dhedhet herawati, (10)
kilat thathit mawor, (6)
obar-abir ambabar pinggire, (10)
kelap-kelap kelamban belani, (10)
lelidhah lumindhih, (6)
Sang Kusuma ngadhuh. (6)
(ERA)