Konten dari Pengguna

Mengenal Hari Kabisat yang Jadi Google Doodle dan Sejarah Penetapannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
29 Februari 2024 11:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 10 Mei 2024 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Google Doodle Kamis (29/2). Foto: Google
zoom-in-whitePerbesar
Google Doodle Kamis (29/2). Foto: Google
ADVERTISEMENT
Kamis (29/2), Google Doodle menampilkan tema Hari Kabisat atau Leap Day di laman pencariannya. Tema tersebut disimbolkan dengan animasi katak bertuliskan nomor 29 di dadanya yang melompat ke daun teratai.
ADVERTISEMENT
Banyak orang awam yang belum tahu arti Hari Kabisat itu sendiri. Jika merujuk pada kalender Gregorian, hari kabisat adalah hari tambahan yang dihitung setiap 4 tahun sekali.
Dalam kalender, Hari Kabisat jatuh pada tanggal 29 Februari. Artinya, tanggal 29 tersebut hanya muncul setiap 4 tahun sekali. Penyebabnya karena gerak semu matahari yang berjumlah 365,25 hari setiap tahunnya.
Riwayat penamaan dan perayaan Hari Kabisat telah banyak dijelaskan dalam buku sejarah. Penasaran seperti apa prosesnya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Sejarah Perayaan Hari Kabisat

Ilustrasi Kalender 2023. Foto: PENpics Studio/Shutterstock
Istilah Hari Kabisat berasal dari bahasa Latin "bis sextus dies" yang berarti dua hari keenam atau hari keenam tambahan. Istilah ini merujuk pada praktik Romawi Kuno, di mana mereka kerap menyisipkan dua bulan ekstra setiap tahunnya, yakni Januari dan Februari.
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, bangsa Romawi sudah melakukan penyesuaian antara perbedaan tahun kalender (365 tahun) dan tahun astronomis (365,25 tahun). Kemudian, pengetahuan ini dipelajari oleh bangsa Sumeria, Babilonia, dan Mesir Kuno.
Lambat laun, mereka mulai melakukan koreksi tentang perbedaan waktu tersebut. Akhirnya, dibuatlah kalender Gregorian sebagai acuan penanggalan secara global.
Mengutip buku Sejarah Ringkas Dunia Kuno 4 Benua susunan Adityas Arifianto (2023), kalender Gregorian dibuat untuk menggantikan kalender Julian yang dianggap memiliki perhitungan kurang akurat. Di dalam kalender Gregorian terdapat sistem “Hari Kabisat” untuk menyelaraskan tahun kalender dengan tahun astronomis.
Penyesuaian Hari Kabisat terus dilakukan oleh bangsa Romawi. Mulai tahun 1500-an, kalender Gregorian resmi menetapkan tanggal 29 Februari sebagai Hari Kabisat yang hanya muncul setiap 4 tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Namun, mekanisme perhitungan ini tidak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100 tahun. Jika memasuki angka 100 tahun, maka pembaginya adalah 400, bukan 4.
Ilustrasi kalender. Foto: Kwangmoozaa/Shutterstock
Dijelaskan dalam buku Guru Berwajah Ganda karya Akbar Setia (2020), sistem penanggalan Gregorian ini diresmikan pada tahun 1582. Orang yang berperan dalam penyelarasan tahun dan tanggal ini adalah Paus Gregorius XIII.
Dengan adanya perhitungan ini, perbedaan antara kalender Gregorian dan tahun astronomis pun tidak lagi muncul. Sehingga, penanggalan Masehi tidak dapat mengacaukan perhitungan waktu dan musim secara global.
Google Doodle merayakan Hari Kabisat sebagai bentuk penghargaan terhadap fenomena yang langka. Google juga memberikan kesempatan kepada pengguna internet di seluruh dunia untuk mengetahui lebih lanjut tentang Hari Kabisat dan mengapresiasi kompleksitas dalam pembuatan kalender.
ADVERTISEMENT
(MSD)