Konten dari Pengguna

Mengenal Jadzab, Kondisi Orang yang Tenggelam dalam Rasa Cinta kepada Allah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Maret 2022 8:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jadzab. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jadzab. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Secara istilah, jadzab artinya kondisi yang menggambarkan seseorang ketika ia tiba-tiba ditarik oleh Allah Swt sampai terbuka hijabnya (batas kesadaran). Ia wushul ke hadirat ilahiah, sehingga jiwanya menjadi terguncang.
ADVERTISEMENT
Seorang yang dalam kondisi jadzab disebut sebagai wali majdzub. Dalam kondisi ini, ia bisa saja mengeluarkan kata syathah atau perbuatan yang dinilai ganjil oleh orang awam.
Dijelaskan dalam buku Mengenal Tasawuf Rasulullah karya Dr. Khalilurrahman, MA., seorang wali majdzub sejatinya telah tenggelam dalam rasa rindu dan cinta kepada Allah Swt. Syeikh Abu Madyan, seorang sufi terkenal, berkata:
"Apa bila kita telah bersih, maka menjadi bersih pula akal kita. Dan apa bila kita terkonsentrasi dalam keadaan kecintaan, maka kita menjadi lupa terhadap diri sendiri dan sekitar kita. Maka janganlah engkau mencaci seorang yang mabuk dalam keadaaan mabuknya, karena taklif (beban syariat ) telah diangkat dari kita yang sedang mabuk (hilang ingatan)."
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan tersebut, Syeikh Abu Madyan melarang umat Islam untuk membenci wali majdzub. Memang seperti apa kedudukan wali ini dalam Islam? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan berikut.

Pengertian Jadzab dan Wali Majdzub

Ilustrasi jadzab. Foto: pixabay
Pembahasan tentang wali majdzub sebenarnya telah banyak dijelaskan dalam dalil-dalil shahih. Salah satunya hadits Rasulullah SAW berikut:
"Tidaklah seorang hamba sampai kepada hakekat keimanan hingga orang-orang menyangkanya seakan-akan ia telah menjadi gila" (HR. Ahmad, Abu Ya'la, Ibn Hibban).
Kemudian, diriwayatkan dari Imam al-Hasan al-Bashri, bahwa ia berkata: "Apabila saya melihat Mujahid, maka seakan saya melihatnya seperti orang yang kebingungan karena kehilangan keledainya".
Kedua riwayat tersebut menggambarkan karakateristik khusus seorang wali majdzub. Dalam kisah sufi lainnya diriwayatkan bahwa suatu ketika ada seorang yang di dalam doanya berkata:
ADVERTISEMENT
"Ya Allah, Engkau di dunia ini tidak dapat dilihat dengan mata, maka berikanlah kapada hatiku sesuatu yang menjadikannya dapat tenang".
Tiba-tiba, orang tersebut pingsan tanpa diketahui sebabnya. Setelah sadar, ia mengucapkan kata-kata tasbih berulang-ulang.
Ilustrasi jadzab. Foto: pixabay
Ketika ditanya mengapa ia membaca tasbih berulang-ulang, ia menjawab: "Aku telah diberikan ketenangan (as-sakinah) sebagai pengganti dari melihat kepada-Nya, dan aku katakan: Wahai Tuhan, aku tidak sadarkan diri dalam kecintaanku kepada-Mu, dan aku tidak dapat menahan diri untuk mengatakan apa yang telah aku katakan"
Di Indonesia, tokoh-tokoh majdzub banyak jumlahnya. Namun, sebagian besar tersembunyi dan tidak diketahui maqam kewaliannya, kecuali hanya oleh wali lain.
Penampilan mereka tidak berbeda dengan orang lain. Ada yang berprofesi pedagang, tukang ojek, tukang cukur, pengamen atau bahkan seperti orang gila.
ADVERTISEMENT
Kewalian mereka umumnya baru dibuka oleh wali lain setelah wali yang bersangkutan meninggal dunia. Dalam beberapa kitab tasawuf disebutkan tokoh-tokoh wali majdzub, salah satunya Syeikh Ahmad al-Mad'i Hamdah yang tinggal bersama para pelacur.
Jumhur ulama menjelaskan, sikap seorang Muslim kepada wali majdzub hendaknya tetap husnuzhan. Cukup yakinkan diri bahwa apa yang ia lakukan adalah atas kehendak Allah SWT karena ia begitu mencintai-Nya.
(MSD)