Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Jinja, Kuil Tempat Ibadah Agama Shinto
22 November 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Shinto adalah sebuah agama yang berasal dari Jepang. Penganut agama ini adalah sebagian besar orang Jepang, termasuk keluarga, klan, hingga para pejabat negara.
ADVERTISEMENT
Shinto menganut kepercayaan politeistik, yakni bentuk kepercayaan yang menyembah banyak dewa. Dewa-dewa di Shinto disebut dengan Kami. Kami adalah sosok suci yang memiliki wujud berupa unsur alam serta aspek penting dalam kehidupan.
Pemeluk ajaran Shinto menjadikan matahari, gunung, dan unsur alam lainnya sebagai dewa. Selain itu, mereka juga menjadikan berbagai aspek dalam hidup manusia sebagai dewa, seperti dewa dapur dan dewa toilet.
Dikutip dari Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia oleh M. Ali Imron (2015: 323), salah satu dewa yang paling terkenal dalam ajaran Shinto adalah Dewi Matahari (Amaterasu Omikami) yang menjadi dewanya para dewa dan dewa bulan.
Agama Shinto menjadi sistem kepercayaan dan peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan masyarakat Jepang . Bahkan, agama tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka, seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga dan hari-hari libur nasional Jepang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, beragam upacara, ritual doa, dan perayaan tahunan masih tetap memainkan peran penting dalam agama Shinto. Biasanya, upacara dan ritual doa diselenggarakan di kuil bernama jinja yang merupakan tempat ibadah agama Shinto.
Tempat Ibadah Agama Shinto
Penganut agama Shinto umumnya melakukan penyembahan Kami di sebuah kuil bernama jinja. Jinja adalah tempat ibadah agama Shinto yang artinya "tempat Kami", yakni kuil yang terbuka untuk publik sebagai sarana pemujaan para dewa.
Jinja dikenal juga sebagai Kuil Shinto. Kuil ini terdiri dari komplek beberapa bangunan dengan gaya arsitektur tradisional Jepang.
Menyadur laman Encyclopedia of Shinto Museum Kokugakuin, jinja dibangun dari kayu oleh miyadaiku (tukang kayu spesialis kuil). Namun kini, jinja dibangun dengan konstruksi modern berdasarkan standar bangunan antigempa dan antikebakaran, termasuk penggunaan beton untuk sebagian bangunan kuil.
ADVERTISEMENT
Dalam arsitektur jinja, beberapa bagian bangunan memiliki fungsi masing-masing. Salah satu bagian yang khas adalah pintu masuk kuil yang dikenal sebagai torii. Pintu masuk ini ditandai oleh gerbang dua tiang dengan satu atau dua palang di atasnya.
Torii dianggap sebagai pembatas area tempat Kami berada dan siapa pun yang melewatinya sering dipandang sebagai bentuk penyucian diri.
Selain itu, ada pula honden, yakni sebuah biara utama yang dipercaya sebagai tempat tinggal Kami. Di dekat honden, biasanya terlihat keberadaan kuil tambahan bernama bekku untuk Kami lainnya.
Di bagian depan honden, terdapat aula ibadah yang disebut haiden. Haiden adalah aula ibadah yang umumnya ditempatkan di bagian depan honden dan dibangun dengan ukuran lebih besar daripada biara utama.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa jinja di Jepang, terdapat bangunan terpisah yang dikenal sebagai gishikiden. Ini adalah bangunan untuk mengadakan upacara tambahan seperti upacara pernikahan.
Jinja dikelola oleh para pendeta Shinto yang disebut kannushi. Kannushi atau dikenal juga shinshoku adalah orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan jinja.
Mereka juga memimpin persembahyangan kepada Kami, seperti mengelola persembahan makanan dan minuman untuk Kami tertentu yang dipuja di kuil tersebut.
Kannushi tinggal dan melakukan ritual keagamaan di area kuil. Laki-laki ataupun perempuan bisa menjadi pendeta, mereka juga diizinkan untuk menikah dan memiliki anak.
Selain di jinja, penganut kepercayaan Shinto juga bisa melakukan penyembahan Kami di altar rumah tangga yang disebut kamidana. Dikutip dari A Popular Dictionary of Shinto oleh Brian Bocking (1997: 65), kamidana adalah miniatur altar rumah tangga yang disediakan untuk menyembah Kami.
ADVERTISEMENT
Kamidana biasanya ditempatkan tinggi-tinggi pada permukaan dinding dan memiliki berbagai benda yang berkaitan dengan ritual keagamaan Shinto.
(SFR)