Konten dari Pengguna

Mengenal Kebudayaan Pacitan dan Ngandong pada Zaman Palaeolithikum

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
12 Oktober 2021 9:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kebudayaan pacitan dan Ngandong. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebudayaan pacitan dan Ngandong. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan masyarakat pada zaman prasejarah dapat dilihat dari benda-benda peninggalan mereka. Salah satunya adalah zaman batu tua atau yang dikenal dengan zaman Palaeolithikum.
ADVERTISEMENT
Pada masa ini, manusia purba telah pandai membuat alat-alat dari batu. Namun, alat-alat yang dihasilkannya masih kasar karena teknik pembuatannya masih sangat sederhana.
Dikutip dari buku Sejarah: Untuk kelas 1 SMA oleh M. Habib Mustopo, alat batu pada zaman Palaeolithikum dibuat dengan cara membenturkan masing-masing batu. Hasil pecahan batu yang menyerupai kapak akan digunakan untuk berburu serta mengumpulkan makanan.
Di Indonesia, alat-alat yang terbuat dari batu yang diperkirakan berasal dari zaman Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur. Sehingga, para arkeolog membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat itu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Dari kedua tempat itu, tentunya benda-benda prasejarah ini memiliki ciri khasnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang alat-alat batu pada masa kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong, simak penjelasan berikut!

Kebudayaan Pacitan

Ilustrasi kebudayaan Pacitan. Foto: Wikimedia Commons.
Dikutip dari buku Sejarah Asia Tenggara oleh Yoseph Vincent Panggabean, kebudayaan Pacitan adalah kebudayaan manusia purba Pitecantrophus Erectus yang menghuni lapisan tengah dari Pleistosen. Alat-alat batu dari Pacitan ini ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1935 di Sungai Baksoko, Desa Punung, Pacitan, Jawa timur.
Bentuk dari alat-alat batu yang ditemukan masih sangat sederhana dan kasar. Kemungkinan alat-alat tersebut digunakan untuk menusuk dan menggali tanah. Para ahli berpendapat bahwa penemuan alat-alat batu di Pacitan disebut dengan kapak genggam. Selain itu, para ilmuan menyebut alat-alat pacitan sebagai chopper atau alat penetak.
Dikutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana Supriatna, dkk., ciri utama kebudayaan Pacitan adalah bentuk dari alatnya yang tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan digenggam. Jenis alat yang paling banyak ditemukan di Pacitan adalah alat-alat kecil seperti kapak perimbas, kapak penetak, dan alat serpih atau dikenal dengan flake.
ADVERTISEMENT
Selain di Pacitan, alat-alat ini juga ditemukan di daerah Sukabumi Jawa Barat, Perigi dan Gombong Jawa Tengah, Tambangsawah Bengkulu, Lahat Sumatera Selatan, serta pulau-pulau di daerah Timur Indonesia.

Kebudayaan Ngandong

Ilustrasi kebudayaan Ngandong. Foto: Wikimedia Commons.
Dikutip dari buku Sejarah Asia Tenggara, peninggalan kebudayaan Ngandong ditemukan di daerah Ngandong dan Sidorejo, daerah Ngawi, Jawa Timur. Kebudayaan dilakukan manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Peninggalan yang ditemukan di Ngandong berupa kapak-kapak genggam dari batu dan serpihan alat-alat kecil. Di samping itu, pada kebudayaan Ngandong juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk hewan.
Dikutip dari buku Sejarah: Untuk kelas 1 SMA, alat-alat tulang tersebut berupa alat penusuk atau belati, ujung tombak dengan gergaji pada kedua sisinya, alat pengorek ubi, tanduk menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak.
ADVERTISEMENT
Tradisi alat tulang dan tanduk ini ternyata juga dilakukan pada zaman Mesolithikum pada saat kehidupan di gua-gua. Salah satunya adalah gua Lawa yang terletak di Sampung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
(IPT)