Konten dari Pengguna

Mengenal Kisah Israiliyat dan Hukum Meriwayatkannya dalam Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
3 Desember 2021 11:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca Al-Quran. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca Al-Quran. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Israiliyat adalah proses penafsiran Alquran dengan bantuan ahli kitab yang telah masuk Islam. Ahli kitab yang dimaksud merujuk pada umat Yahudi dan Nasrani yang sebelumnya berpegang teguh pada kitab suci mereka.
ADVERTISEMENT
Meski kerap dinukil oleh para sahabat dan sejumlah tabi’in, kisah israiliyat masih diragukan kebenarannya. Sebagian kisah dianggap shahih, namun sebagian yang lain dianggap dhaif atau lemah karena bertentangan dengan syariat Islam.
Untuk itu, umat Islam perlu mempelajari lebih lanjut tentang kisah israiliyat sebelum berniat meriwayatkannya. Dalam buku Dzulkarnain: Sang Penakluk Timur dan Barat, disebutkan bahwa Ibnu Katsir pernah berkata:
"Jika kebolehan meriwayatkan Israiliyat dari Ahli Kitab memang sudah dipastikan, maka kebolehan ini harus dipahami bahwa kemungkinan ada sebagian dari kisah Israiliyat yang memang benar. Adapun kisah yang diketahui atau diduga salah karena menyalahi kebenaran yang ada dalam syariat kita, maka kisah semacam itu yang harus ditinggalkan dan ditolak."
Apa hukum meriwayatkan kisah israiliyat dan bagaimana contohnya? Simak artikel berikut untuk mengetahui jawabannya.
ADVERTISEMENT

Hukum Meriwayatkan Kisah Israiliyat

Pada dasarnya, hukum meriwayatkan kisah israiliyat adalah boleh, selama masih dalam koridor sunnah. Jika kisah tersebut dibenarkan dalam syariat, umat Islam wajib meyakininya. Namun jika tidak, maka harus ditolak.
Ilustrasi Alquran Foto: Pexels
Mengutip buku Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir karya Dr. H. Hasan Bisri, secara umum riwayat israiliyat dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Israiliyyat kategori ketiga, umumnya tidak berkaitan dengan kaidah-kaidah keagamaan dan keduniaan bagi orang mukallaf. Misalnya, tentang nama Ashhab al-Kahfi, jumlah mereka, dan warna anjingnya.
Ilustrasi membaca Al Quran. Foto: Shutterstock
Kemudian, kisah israiliyat kategori ketiga ini juga bisa ditemui pada riwayat yang menyebutkan jenis kayu pada tongkat Nabi Musa AS, jenis kayu pada bahtera Nabi Nuh AS, dan lain sebagainya.
Menurut Deni Albar, dkk., dalam buku Variasi Metode Tafsir Al-Quran, ada banyak tafsir yang di dalamnya terdapat riwayat Israiliyat. Umumnya, riwayat ini digunakan untuk menyempurnakan tafsir-tafsir mereka.
Proses penukilannya sendiri dilakukan dengan cara yang beragam. Ada yang diberi penjelasan dan ada pula yang tidak, ada yang diberi periwayatnya dan ada pula yang tidak. Tafsir-tafsir tersebut antara lain Tafsir Ibnu Abbas, Jami’ Al-Bayyan fi Tafsir Alquran karya Attabari, Tafsir Munir, dan Tafsirul Quranil Azim.
ADVERTISEMENT
(MSD)