Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Kode ICD-10 PPOK untuk Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
10 November 2021 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kode ICD 10 PPOK kerap digunakan dalam proses diagnosis penyakit paru obstruktif kronis di dunia medis. ICD-10 sendiri merupakan pengkodian atas penyakit, tanda-tanda, gejala, serta temuan abnormal, keluhan, keadaan sosial, dan eksternal yang menimbulkan cedera seperti yang sudah diklasifikasikan World Health Organization (WHO).
ADVERTISEMENT
Menurut Linda Handayuni dalam buku Rekam Medis dalam Manajemen Informasi Kesehatan, ICD-10 atau The International Classification of Diseases and Related-health Problems 10th digunakan untuk mendapat rekaman sistematis, melakukan analisa, interpretasi, menerjemahkan diagnosa, hingga membandingkan data morbiditas.
Dalam hal ini, masalah kesehatan dalam bentuk kata-kata akan dijadikan kode alfanumerik yang mempermudah proses penyimpanan, pengolahan, dan analisa data untuk sistem pembayaran dan penagihan biaya. Kode dalam istilah medis tersebut juga dipakai untuk membuat informasi diagnosis, riset, edukasi, serta kajian assesment.
The International Classification of Diseases and Related-health Problems 10th sudah disusun sejak 1900. Klasifikasi pengelompokan penyakit di dalamnya tercantum dalam Major Diagnostic Categories (MDC) yang menjadi kategori diagnosa penyakit secara umum.
Apa Itu Istilah Medis Kode ICD-10 PPOK?
Berbicara tentang kode ICD-10 PPOK, PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis adalah masalah kesehatan yang dipicu oleh rokok, partikel berbahaya, dan faktor usia lanjut.
ADVERTISEMENT
Adapun kode ICD-10 PPOK adalah J44. Namun, untuk lebih lengkapnya, simak kode ICD-10 PPOK seperti dikutip dari situs Unbound Medicine berikut:
Mengutip buku Community and Familly Health Nursing - 1st Indonesian Edition oleh Mary A. Dan Melanie Mc, Ewen (2018), rokok menjadi faktor utama penyebab terjadinya inflamasi kronik pasien PPOK. Ini mencakup perokok aktif ataupun pasif.
Lalu, faktor kedua PPOK adalah lingkungan pekerjaan yang penuh debu dan polusi yang masuk ke saluran pernapasan. Kemudian faktor ketiga disebabkan oleh defisiensi antirypsin alfa.
Di Amerika, definisiensi enzim dialami banyak orang kausasian-Amerika. Emfiema ini bisa terjadi pada usia sebelum 30 tahun, baik dengan atau tanpa paparan asap rokok . Gejala PPOK dapat dikenali dengan tiga tanda, yaitu batu kronik, produksi sputum, dan dispnea.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari buku Bunga Rampai Kedokteran Respirasi 2020, terdapat 384 juta kasus PPOK di dunia pada 2010. Pada 2018, PPOK menjadi penyebab kematian keempat di dunia. Lalu diperkirakan bahwa penyakit tersebut akan menyebabkan 4,5 juta kematian pada 2030 mendatang.
Untuk mencegah PPOK, penggunaan rokok harus diturunkan. Sementara itu, pemulihan PPOK bisa dilakukan dengan terapi obat-obatan, diawali dengan pemberian bronkodilator untuk mengatasi spasme bronchus dan menurunkan obstruksi jalan napas, sehingga ventilasi bisa dilakukan.
Pada PPOK yang sudah lanjut, disarankan pemberian kortikosteroid untuk menurunkan gejala. Kemudian, pemulihan juga bisa dilakukan dengan rehabilitasi pada paru dan terapi oksigen untuk dispnea berat.
(GTT)