Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Ngembak Geni, Penutup Rangkaian Hari Raya Nyepi
14 Maret 2021 17:10 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah melaksanakan upacara nyepi selama 24 jam penuh, masyarakat Hindu Bali akan melakukan prosesi Ngembak Geni. Ngembak Geni dirayakan pada pinanggal ping kalih Sasih Kadasa, yaitu hari kedua bulan kesepuluh kalender Hindu-Bali dan sekaligus mengakhiri catur brata penyepian.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, ngembak memiliki arti “bebas” dan geni artinya “api”. Sehingga Ngembak Geni bermakna bebas menyalakan api atau kembalinya aktivitas seperti sedia kala. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan Catur Brata Penyepian meliputi:
Lalu bagaimana rangkaian Hari Raya Nyepi ini diakhiri? Berikut ini adalah penjelasannya:
Ngembak Geni, Ritual Penutup Hari Raya Nyepi
Mengutip Upacara Ritual Tradisi Catur Brata dan Ngembak Geni di Desa Bangsongan Kecamatan Kayen Kidul tulisan Yusinta Yuwana Purbosari (2018), setelah melaksanakan Brata penyepian, pagi harinya masyarakat bersembahyang di pura.
Di momen tersebut, umat Hindu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi yang telah melimpahkan berkah luar biasa setelah melakukan catur brata penyepian. Mereka juga berdoa untuk mendapatkan keteguhan hati dan kesucian selama kurun waktu satu tahun yang akan datang.
Ritual berikutnya adalah Lengsur banten, yakni persembahan untuk Sang Hyang Widhi. Isinya biasanya berupa buah-buahan seperti pisang, jeruk, apel yang berwarna agak kekuningan, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan Sima Krama atau Dharma Santi. Dharma Santi ini serupa dengan silaturahmi. Mengutip Fungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali tulisan I Wayan Suwena (2017: 26), umat Hindu akan saling mengunjungi kerabat, teman dekat, teman seprofesi, dan yang lainnya untuk saling memaafkan atas segala kesalahan yang diperbuat.
Selain untuk mendapatkan keberkahan dari Sang Hyang Widhi, Dharma Santi juga dapat menciptakan keselarasan yang berlandaskan kemanusiaan. Dengan saling memaafkan, umat Hindu akan memperoleh opitmisme untuk mengisi lembaran hidup baru.
Tradisi saat Ngembak Geni
Biasanya saat Ngembak Geni, beberapa daerah di Bali akan mengadakan berbagai pertunjukan, salah satunya omed-omedan. Omed-omedan pada dasarnya merupakan tradisi berupa dorong-mendorong dan tarik-menarik.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Med-Medan: Antara Tradisi dan Pertunjukan tulisan Ni Made Anggita Sastri Mahadewi, omed-omedan diikuti oleh remaja laki-laki dan perempuan dengan rentang usia rata-rata antara umur 16 sampai 21 tahun.
Keduanya dibagi menjadi dua baris terpisah. Setiap kelompok memiliki ketua yang berdiri paling depan, diikuti oleh anggotanya yang memeluk pinggang teman yang ada di depannya.
Permainan dimulai dengan aba-aba dari panitia. Tiap ketua kelompok menarik tangan lawannya ke arah masing-masing, yang dibantu oleh kelompoknya. Siapa yang melewati garis batas akan dianggap kalah.
Yang kedua adalah tradisi mandi lumpur yang bernama Mebuug Buugan. Mengutip tulisan I Wayan Suwena (2017), lumpur merupakan simbol keburukan dan dosa yang diperbuat manusia. Kemudian masyarakat setempat akan membasuhnya. Sehingga pada dasarnya makna tradisi mebuug-buugan tersebut adalah ritual pembersihan diri untuk menyongsong kehidupan yang baru.
ADVERTISEMENT