Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Obrog, Tradisi Bangunkan Sahur di Bulan Ramadan
27 Maret 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap daerah mempunyai tradisi unik yang dijalankan selama bulan Ramadan, salah satunya yaitu Obrog. Mengutip buku Tanah Keramat Indramayu karya Kusyoto (2021), obrog adalah seni tradisional dengan alunan musik dan lirik yang biasa dilakukan saat waktu sahur.
ADVERTISEMENT
Di beberapa wilayah, obrog juga biasa dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti malam takbiran ataupun setelah Lebaran. Sejumlah ahli sejarah dan kebudayaan mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, tepatnya pada tahun 1970-1990.
Obrog dianggap sebagai warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan. Namun seiring perkembangan zaman, Obrog telah mengalami perubahan konsep dan pelaksanaan.
Jika dulu Obrog identik dengan alat musik tradisional seperti beduk dan kentungan, kini tradisi ini divariasikan dengan alat musik modern seperti organ dan gitar.
Asal-Usul Tradisi Obrog di Indonesia
Sebenarnya, tradisi Obrog sudah ada di beberapa wilayah sejak awal tahun 70-an. Namun, masyarakat masih mengenalnya dengan sebutan Ngehelar atau Ngelar.
Tradisi Obrog populer dan diwariskan secara turun-temurun di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Tujuan utama dari tradisi ini yaitu untuk membangunkan orang sahur selama bulan Ramadan .
ADVERTISEMENT
Waktu pelaksanaannya di tiap daerah bisa berbeda-beda. Ada yang melakukannya di malam hari sesudah salat tarawih. Ada pula yang melaksanakannya di waktu sahur mulai dari pukul 3.00-4.00 dini hari.
Alat musik yang dimainkan selama Obrog biasanya berupa kendang, kemung (sejenis gong kecil), dan buyung (tembikar yang lubangnya ditutup dengan karet ban dalam) yang berfungsi sebagai bass. Irama tabuhan-tabuhan itu disebut dengan “Obrog”.
Selama bulan Ramadan, rombongan musik Obrog biasanya akan berkeliling kampung. Mereka akan menyusuri tiap pelosok desa dengan memainkan alat musik dan menyanyikan sebuah lagu.
Masyarakakt Cirebon dan sekitarnya menganggap bahwa tradisi Obrog wajib dilestarikan. Sebab, tradisi ini sangat dinantikan oleh masyarakat setiap bulan Ramadan. Bahkan beberapa orang menganggap bahwa Ramadan kurang lengkap tanpa tradisi Obrog.
ADVERTISEMENT
Terbukti, hingga kini tradisi Obrog tetap lestari. Namun, terdapat sejumlah perubahan konsep dan alat musik yang digunakan. Kini, rombongan Obrog lebih banyak menggunakan alat musik modern seperti gitar elektrik, bass, organ, tamborin, dan lain-lain.
Jika dipandang dari kacamata Islam, sebenarnya tradisi Obrog sah-sah saja. Bahkan, tradisi ini bisa bernilai sunnah apabila dilakukan dengan niat untuk membangunkan orang sahur.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Buya Yahya dalam laman Al-Bahjah menjelaskan bahwa rombongan Obrog hendaknya menjaga esensi tradisi tersebut agar tidak menyimpang dari aturan syar’i.
Obrog bisa dilakukan pada waktu-waktu yang semestinya supaya tidak mengganggu jam istirahat seseorang. Kemudian, hindari tindakan maksiat saat pawai Obrog seperti merokok, konsumsi minuman keras, dan ikhtilat (bersentuhan atau bercampur dengan lawan jenis).
ADVERTISEMENT
(MSD)