Konten dari Pengguna

Mengenal Panglima Jilah, Pemimpin Pasukan Merah Suku Dayak di Tanah Kalimantan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
19 Oktober 2022 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Panglima Jilah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Panglima Jilah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah merupakan sosok yang disegani di tanah Kalimantan. Dia adalah pemimpin besar Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) Dayak.
ADVERTISEMENT
Itu adalah pasukan elite dari suku Dayak yang banyak berperan dalam mempertahankan adat istiadat dan hak-hak masyarakat suku Dayak. Hingga kini, terhitung ada sekitar 15 ribu anggota Pasukan Merah Dayak yang tersebar di setiap wilayah Kalimantan.
Bukan hanya memimpin, sosoknya juga dikenal peduli terhadap adat, budaya, dan segala permasalahan yang terjadi di Kalimantan. Bagi yang ingin mengenal sosoknya, berikut fakta-fakta tentang Panglima Jilah yang menarik untuk disimak.

Panglima Jilah

Ilustrasi suku Dayak. Foto: Pixabay
Panglima Jilah lahir dengan nama Agustinus pada 19 Agustus 1980 di Desa Sambora, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Ia merupakan anak pertama dari enam bersaudara.
Masa kecil Panglima Jilah bisa dibilang kurang beruntung. Orangtuanya hanyalah petani miskin, bahkan tak jarang sang ayah mesti pergi mencari nafkah ke tempat yang jauh demi menghidupi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Sifat kepemimpinan dan mengayomi Panglima Jilah sudah terlihat sejak kecil. Mengutip buku Panglima Jilah, Pemimpin Besar Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng tulisan Masri Sareb Putra dkk, sebagai anak pertama, Panglima Jilah sering mengalah pada adik-adiknya soal makanan.
Ketika adik-adiknya bisa makan nasi, ikan, atau lauk lainnya hingga kenyang, Panglima Jilah rela makan singkong untuk mengganjal perutnya. Akibat kurang gizi, ia pun mengalami busung lapar dan gagap bicara hingga usia sebelas tahun.
Datang dari keluarga tidak mampu juga membuat Panglima Jilah tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Ia hanya sanggup menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar.
Ilustrasi suku Dayak. Foto: Pixabay
Meski demikian, Panglima Jilah sebenarnya memiliki garis keturunan panglima atau pangalangok dari keluarga orangtuanya. Ayahnya berasal dari Ne’ Macatn, sedangkan sang ibu datang dari keturunan Ne’ Bandong, Ne Matas.
ADVERTISEMENT
Garis keturunan itulah yang membuatnya dipercaya menjadi sosok pemimpin Pasukan Merah Dayak. Di samping itu, Panglima Jilah memang memiliki kepandaian mengobati, menolong, serta memulihkan orang.
Ia juga menjadi Panyangahatn, mediator yang dipercaya untuk menaikkan doa atau menyampaikan permohonan kepada Jubata (Tuhan). Tidak sembarangan, hanya orang-orang terpilih yang bisa melakukannya, dan Panglima Jilah termasuk salah satunya.
Bicara soal kekuatan, Panglima Jilah kebal dari senjata tajam. Dalam beberapa kesempatan, kemampuan itu ia tunjukkan dengan melakukan atraksi menyayat tubuhnya dengan mandau. Benar saja, tubuhnya sama sekali tidak tergores dan terluka sedikit pun.
Terlepas dari kekuatannya itu, Panglima Jilah adalah sosok yang dikagumi anggotanya. Ia berhasil merangkul generasi muda Dayak untuk bersatu memperjuangkan harkat dan martabat masyarakat Dayak secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pemimpin, Panglima Jilah sukses mengangkat adat, tradisi, dan budaya Dayak agar dicintai oleh para generasi muda. Dengan demikian, keberadaan suku Dayak tetap terjaga dan terlestarikan.
(ADS)