Konten dari Pengguna

Mengenal Penanggalan Kongzili yang Digunakan Masyarakat Tionghoa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
9 Februari 2024 18:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenel Penanggalan Kongzili yang Digunakan Masyarakat Tionghoa. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Mengenel Penanggalan Kongzili yang Digunakan Masyarakat Tionghoa. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Kongzili artinya penanggalan berdasarkan revolusi bulan mengelilingi bumi. Perhitungannya berbeda dengan penanggalan Masehi yang mengacu pada peredaran bumi mengelilingi matahari.
ADVERTISEMENT
Penanggalan Kongzili disebut juga sistem penanggalan lunar. Tapi di Indonesia, Kongzili lebih dikenal dalam bahasa Hokian, yaitu Imlek. Jadi, pada dasarnya Tahun Baru Kongzili memiliki arti yang sama dengan Tahun Baru Imlek.
Sistem penanggalan lunar yang digunakan saat ini dihitung sejak 551 tahun sebelum Masehi. Dengan demikian, tepat di hari Imlek yang jatuh pada 10 Feburari 2024, kalender Kongzili akan berganti menjadi tahun 2575.

Sejarah Penanggalan Kongzili

Sejarah Penanggalan Kongzili. Foto: Pexels
Mengutip informasi dari laman Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, kalender Kongzili diciptakan Huang Di (Kaisar Kuning) pada kisaran tahun 2698-2596 SM. Berdasarkan catatan sejarah dalam agama Khonghucu, Huang Di adalah Raja sekaligus Nabi Purba Ru Jiao ketiga yang memimpin Tiongkok pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
Huang Di memang seorang ahli astronomi. Ia menciptakan kalender Kongzili berdasarkan filosofi "Yin" yang diwakili bulan dan "Yang" yang melambangkan matahari. Selain itu, penanggalan ini melibatkan Lima Elemen dalam kepercayaan Tionghoa, yaitu Api, Air, Kayu, Logam, dan Tanah.
Penanggalan ciptaan Huang Di ini disebut juga kalender Xia, karena yang menggunakannya pertama kali adalah dinasti Xia (2205-1766 SM). Kalender ini sangat berguna dan cocok dengan kehidupan petani di masa itu.
Mengutip situs China Highlights, kalender lunar terus dipakai hingga beberapa abad berikutnya, tapi namanya berkali-kali mengalami perubahan. Kalender lunar pada masa Dinasti Han (206 SM-220 M) disebut kalender Taichu. Kemudian berganti nama lagi menjadi kalender Huangji pada masa Dinasti Tang (618–907).
ADVERTISEMENT
Sistem kalender lunar akhirnya resmi diganti pada masa dinasti Manchu/Manqing pada 1922. Sistem penanggalannya diubah menjadi Yang Lik (Masehi) oleh pemerintah Republik Tiongkok.
Berdasarkan catatan sejarah, terutama kitab-kitab suci Ru Jiau, perhitungan Tahun Baru Imlek yang kita gunakan sekarang dimulai penggunaannya pada zaman dinasti Han, tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Han Wu Di (140-86 SM).

Perbedaan Kalender Lunar dan Masehi

Perbedaan Kalender Lunar dan Masehi. Foto: Pexels
Perbedaan paling mencolok dari kalender lunar dan Masehi adalah jumlah harinya. Mengutip situs Family Search, kalender Masehi memiliki jumlah hari sebanyak 7 dalam satu minggu. Sementara kalender lunar terdiri dari 9 atau 10 hari dalam sepekan (xún).
Kalender lunar juga dibagi menjadi 24 istilah matahari yang setiap bulannya diwakili dua istilah. Mengutip China Highlights, 24 istilah ini diciptakan para petani Tiongkok kuno untuk memandu urusan pertanian mereka.
ADVERTISEMENT
Berikut daftar istilah matahari pada kalender lunar yang tidak ada dalam kalender Masehi.
ADVERTISEMENT
(DEL)