Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Penyakit Ain, Penyebab Wafatnya Banyak Umat Muslim
11 Februari 2021 7:39 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyakit ain patut diwaspadai umat Islam dan manusia secara umum. Melansir dari muftiwp.gov.my, Ibnu Hajar berkata ain adalah penyakit karena pandangan orang lain yang cemburu atau sangat terkesan terhadap seseorang dan menimbulkan bahaya bagi orang yang dipandangnya.
ADVERTISEMENT
Sebagian umat Islam ada yang tidak percaya dengan penyakit ini. Klaim bahwa musibah dapat terjadi karena pandangan mata berada di luar nalar mereka.
Namun penyakit ain nyata adanya. Rasulullah SAW bersabda: “Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).
Untuk menambah pengetahuan dan menghindarkan diri dari penyakit ini, simak penjelasan tentang ain berikut ini:
Penyakit Ain yang Berbahaya
Ada pandangan bahwa ain dikategorikan sebagai sihir. Fakhr al-Dīn al-Rāzī dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm karya Ismā‘il bin ‘Umar bin Kathīr al-Qurāsḥī al-Dimashqī menjelaskan bahwa ain termasuk ke dalam sihir al-Awhām, yakni sihir yang menggunakan kekuatan dalam diri manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Ibn al-Qayyīm dalam al-Ṭibb al-Nabawī menyebut penyakit ain diibaratkan seperti panah yang ditujukan kepada musuh. Terkadang tepat mengenai sasaran dan kadang-kadang juga tidak.
Jika musuh memakai baju perisai, maka panah itu tidak akan mengenainya. Baju perisai merujuk pada kekuatan amalan ibadah seseorang terhadap Allah SWT.
Ancaman ain tidak dapat dipandang sebelah mata. Ini adalah salah satu penyebab terbesar wafatnya umat Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebagian besar orang yang meninggal dari umatku setelah takdir Allah (kepada mereka), juga disebabkan oleh penyakit ain" (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).
Penyebab Ain
Lantas apa yang menyebabkan penyakit ain? Mengutip dari jurnal Penyakit ‘Ain dalam Perspektif Hadith dan Masyarakat Melayu karya Mohamad Khairul Faiz Mohd Khadzali dan Khadher Ahmad (2020: 134), hasad adalah faktor penyebab sihir. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Falaq ayat 4-5 yang artinya:
ADVERTISEMENT
“…dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki."
Serta dalam surat Al-Qalam Ayat 51 yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Alquran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila".
Penyebab penyakit ain bukan hanya hasad, tapi juga kekaguman. Dalam Hadits Riwayat Malik, dikisahkan Sahl bin Hunaif mandi di Al Kharrar. Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Ia kagum dengan indahnya kulit Sahl.
Tak disangka Sahl jatuh sakit. Hal ini dikabarkan kepada Rasulullah SAW. Sahl pun menceritakan apa yang terjadi. Kemudian Nabi Muhammad berkata:
ADVERTISEMENT
“Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”
Amir bin Rabi’ah kemudian berwudhu sesuai anjuran Rasul dan air bekas wudhunya disiramkan ke Sahl. Sahl akhirnya sembuh.
Tidak Hanya Lewat Pandangan
Sebelumnya dijelaskan bahwa penyakit ain disebabkan oleh pandangan mata. Itulah pengertian ain secara umum. Namun nyatanya penyakit ini bisa terjadi tanpa harus melihat.
Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah dikutip dari buku Melebur Panah-Panah Ain tulisan Yovie Kyu (2018: 5) menjelaskan:
“Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa saja menimbulkan penyakit ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta kemudian diceritakan kepadanya tentang suatu perkara. Jiwanya bisa menimbulkan penyakit ain meskipun dia tidak melihatnya”.
ADVERTISEMENT
(ERA)