Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Polutan dan Langkah-Langkah untuk Mencegah Pencemahan Lingkungan
7 November 2021 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Isu pencemaran lingkungan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Pasalnya, seiring dengan berkembangnya industri manufaktur dan digital, masalah pencemaran lingkungan justru semakin mengalami peningkatan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya soal penggundulan hutan saja, pencemaran lingkungan juga mencakup semua keadaan dan proses yang dapat menyebabkan terganggunya kelestarian alam dan keselamatan manusia. Penyebabnya beragam, salah satunya adalah karena polusi udara.
Selain itu, pencemaran juga bisa disebabkan oleh keberadaan zat-zat tertentu di muka bumi. Suatu zat yang menyebabkan terjadinya pencemaran disebut sebagai polutan. Apakah itu? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.
Pengertian Polutan dan Cara Meminimalisirnya
Polutan adalah zat yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Suatu zat dinamakan polutan bila kadarnya berlebihan dan mengganggu keadaan sekitar. Zat tersebut nantinya mampu menyebabkan kerugian kepada makhluk hidup, salah satunya melalui pencemaran udara.
Menurut Anton dalam buku The Miracle of Jilbab, udara di suatu daerah dikatakan tercemar bila terdapat zat asing yang jumlahnya melebihi batas wajar. Misalnya, dalam keadaan normal, karbondioksida bermanfaat bagi tumbuhan. Tetapi bila berlebihan, maka membuat udara tidak sehat untuk dihirup.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya misalnya asap kendaraan, asap pabrik, asap rokok, kebakaran hutan, dan lain-lain yang turut menghiasi kehidupan manusia setiap harinya. Adapun contoh zat polutan yang biasa ditemui yaitu CO2, NO2, SO2, dan lainnya.
Untuk meminimalisir keberadaan polutan, manusia perlu melakukan upaya pencegahan dan penanganan lebih lanjut. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah melakukan reboisasi atau penanaman kembali tumbuhan.
Langkah ini sangat disarankan karena tumbuhan mampu menyerap zat polutan, khususnya karbondioksida. Jika tumbuhan di muka bumi berkurang, maka volume karbondioksida di udara bebas menjadi tidak terkontrol. Ini bisa berbahaya bagi keselamatan manusia.
Program vegetasi atau pengadaan ruang terbuka hijau juga perlu digalakkan di setiap penjuru kota. Berbagai studi menyimpulkan bahwa vegetasi mampu menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen secara maksimal.
Pada area bervegetasi, suhu udara bisa lebih sejuk berkisar antara 25,50 - 31,00 C. Sedangkan pada area yang tidak bervegetasi, suhu udara lebih panas berkisar antara 27,70-33,10 C. Perbedaan ini tentu cukup berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, vegetasi perlu diperluas dengan mengandalkan lahan kosong di daerah perkotaan. Pembangunan yang tidak diperlukan lebih baik ditunda terlebih dahulu. Utamakan vegetasi untuk mencegah pencemaran lingkungan semakin parah tiap harinya.
Mengutip buku Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari karya Rina Laksmi, dkk., pada lahan seluas 1.600 m yang terdapat 16 pohon berdiameter 10 m, vegetasi mampu menyuplai oksigen sebesar 14.000 liter per orang. Setiap jam, satu hektar ruang hijau tersebut mampu menyerap 8 kg karbondioksida.
Jumlah tersebut setara dengan karbon yang dihembuskan oleh 200 napas manusia dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, vegetasi dianggap sebagai langkah paling tepat untuk mengentaskan masalah pencemaran lingkungan.
ADVERTISEMENT
(MSD)