Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Setiap 2 Mei
2 Mei 2023 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Peringatan spesial ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang betapa pentingnya pendidikan bagi semua sendi kehidupan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Kumpulan Buklet Hari Bersejarah karya Aya Trohaedi, dkk (1994), tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional karena bertepatan dengan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan orang yang berperan penting dalam perkembangan pendidikan di Tanah Air.
Ki Hajar Dewantara selalu memperjuangkan hak rakyat pribumi agar bisa menempuh pendidikan secara merata. Ini dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sejarah pencetusan Hari Pendidikan Nasional tak luput dari perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam melawan ketidakadilan yang dilakukan pemerintahan Belanda. Bagaimana kisahnya? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Hari Pendidikan Nasional dicetuskan berdasarkan semangat juang dan peran penting Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia. Ia merupakan pendiri perguruan Taman Siswa, lembaga yang memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi untuk mengenyam pendidikan formal.
ADVERTISEMENT
Ki Hajar Dewantara memiliki cita-cita untuk memajukan kaum pribumi melalui bidang pendidikan. Beliau mengajukan konsep pendidikan yang terbuka dan merdeka, di mana setiap orang berhak atas pendidikan tanpa pandang bulu dan tanpa adanya diskriminasi.
Tokoh yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia ini lahir pada 2 Mei 1889. Mengutip buku Pengantar Pendidikan Era Globalisasi karya Prof. Dr. Hamid Darmadi (2019), beliau sejatinya berasal dari keluarga bangsawan.
Karena latar belakangnya tersebut, Ki Hajar Dewantara berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di ELS (Europeesche Lagere School). Kemudian, ia melanjutkan studinya ke STOVIA.
Namun karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung, beliau terpaksa tidak meneruskan pendidikannya. Ia pun memutuskan untuk bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya satu, pria dengan nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini berhasil menjadi wartawan di beberapa surat kabar ternama seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, hingga Poesara.
Beliau juga aktif di organisasi Boedi Oetomo. Sepanjang hidupnya, ia banyak menulis opini yang memaparkan pandangannya tentang ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda.
Tulisan tersebut membuat pihak Belanda meradang. Akhirnya, Ki Hajar Dewantara pun diasingkan ke Pulau Bangka. Tak lama setelah itu, beliau bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo dipindahkan ke Belanda.
Meski hidup dalam pengasingan, semangat beliau tidak pernah padam dalam memperjuangkan pendidikan Indonesia. Terbukti ketika kembali ke Tanah Air, ia segera mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah Bumiputera yang hendak ia dirikan.
ADVERTISEMENT
Ki Hajar Dewantara terkenal dengan semboyannya yang berbunyi: “ing ngarsa tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Arti dari semboyan tersebut adalah "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan".
(MSD)