Mengenal Tafsir Al Misbah, Tafsir Alquran Bercorak Nusantara

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
10 Maret 2021 8:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Quraish Shihab. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Quraish Shihab. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tafsir Al Misbah merupakan tafsir Alquran yang ditulis oleh ulama Indonesia M. Quraish Shihab. Sebagaimana diketahui, tidak semua orang dapat menafsirkan Alquran, hanya para mufassir-lah yang mempunyai kewenangan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kapasitas intelektual mantan Menteri Agama era Presiden Soeharto ini sudah tidak diragukan lagi. Beliau merupakan putra dari Abdurrahman Shihab, seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir.
Mengutip buku Wawasan Alquran tulisannya, M. Quraish Shihab mempelajari ilmu tafsir di Universitas Al Ahzar Mesir dan berhasil meraih gelar sarjana tafsir hadist pada usia 23 tahun.
Beliau kemudian meraih gelar Master bidang tafsir Alquran di universitas yang sama. Tak puas, ayah dari presenter kondang Najwa Shihab ini kembali ke Mesir untuk menyelesaikan program doktornya di bidang Ilmu-ilmu Alquran.

Latar Belakang Penulisan Tafsir Al Misbah

Buku karya Quraish Shihab Foto: Ryan Deshana/kumparan
Kata Al Misbah berasal dari Bahasa Arab yang artinya “penerang”. Dalam tafsir tersebut, M. Quraish Shihab menulis bahwa Tafsir Al Misbah merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang intelektual Muslim untuk membantu umat memahami kitab suci Alquran.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, mufassir dituntut untuk dapat menjelaskan nilai-nilai Alquran sejalan dengan perkembangan masyarakat yang dijumpai. Mereka juga diharap dapat menghapus kesalahpahaman terhadap Alquran sehingga pesan-pesan di dalamnya dapat diterapkan dengan sepenuh hati.

Metode Penulisan

Mengutip jurnal Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas, dan Lokalitas Tafsir Nusantara tulisan Lufaefi (2019), Quraish Shihab menggunakan metode tahlili dalam menulis tafsir. Tahlili adalah metode analisis dengan cara menafsirkan Alquran ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan mushaf Usmani.
Adapun corak dari Tafsir Al Misbah adalah adabi ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Alquran secara teliti. Kemudian menyusun makna-makna yang dimaksud Alquran dengan bahasa yang lugas dan menarik. Selanjutnya dicari korelasinya dengan kehidupan sehari-hari, seperti pemecahan masalah umat dan bangsa yang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Ilustrasi Alquran Foto: Pexels
Sebagai contoh, Quraish Shihab menyoroti masalah sosial berupa kekerasan terhadap kaum perempuan. Allah berfirman dalam surat Al A’raf ayat 189 yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya.”
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah, pernyataan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki bukan berarti perempuan lebih inferior daripada pada laki-laki. Semua manusia memiliki derajat yang sama, dibuktikan dengan QS. Al-Hujurat ayat 13 yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Menurutnya, Alquran sama sekali tidak memuat gagasan tentang inferioritas perempuan. Justru Alquran turun untuk mengikis perbedaan antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan. Tafsir Al Mishbah menyampaikan bahwa Alquran tidak memerintahkan manusia untuk berbuat kekerasan terhadap kaum perempuan.
ADVERTISEMENT

Kelebihan Tafsir Al Misbah

Menurut Mafri Amin dan Lilik Umi Katsum (2011) dalam Literatur Tafsir Indonesia, Tafsir Al Misbah memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya unggul. Pertama, Tafsir ini kontekstual dengan kondisi Indonesia. Isinya banyak merespon hal-hal aktual yang terjadi di dunia Islam Indonesia dan internasional.
Kedua, Tafsir Al Misbah kaya akan referensi, termasuk tafsir mazhab selain Sunni, ilmuwan, filsuf, bahkan orientalis Barat. Semua ini disuguhkan dengan ringan dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Ketiga, tafsir ini mengedepankan korelasi antar surat, antar ayat, dan antar akhir ayat dan awal surat. Hal ini membantah anggapan orientalis seperti Mongontwery Watt yang beropini bahwa susunan ayat Alquran kacau balau dan tidak berkesinambungan.
(ERA)