Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Taqiyyah, Doktrin Pokok Kelompok Syi’ah
8 Maret 2021 14:10 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Islam merupakan agama dengan ajaran yang bersifat universal dan komprehensif. Maksudnya, Islam dapat dikaji dari berbagai aspek, meliputi sistem kepercayaan, ibadah, dan sistem kemasyarakatan. Tak heran jika ada beberapa doktrin yang dianut oleh kaum-kaum tertentu. Salah satunya adalah taqiyyah, doktrin yang dianut oleh golongan Syi’ah.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Taqiyyah dalam Perspektif Syi’ah dan Sunni oleh Ahmad Nadzirullzat Bin Ahmad Arizan, taqiyyah berasal dari kata “ittaqaitu asy-Syai’a”, yang artinya saya mewaspadai sesuatu.
Sedangkan secara terminologi, taqiyyah berarti menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hati atau meninggalkan sesuatu yang wajib demi memelihara diri atau menghindar dari ancaman maupun gangguan.
Dalam praktiknya, taqiyyah umumnya dilakukan oleh golongan Syi’ah. Golongan minoritas ini memang sering mengalami kecaman dan penindasan di bawah rezim yang memusuhi kepercayaan mereka.
Karena itu, golongan Syi'ah diizinkan untuk menyembunyikan agama mereka saat berada di bawah penganiayaan atau tekanan tersebut. Praktik taqiyyah juga diizinkan dalam ajaran Islam sunni saat kondisi tertentu.
Dasar Hukum Taqiyyah
Praktik taqiyyah berdasarkan pada firman Allah SWT dalam Al Quran, di antaranya:
ADVERTISEMENT
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.”
Ayat tersebut menegaskan adanya peringatan kepada kaum beriman untuk tidak mengutamakan orang-orang kafir daripada orang-orang beriman untuk dijadikan sebagai pemimpin. Hal ini dikecualikan bagi mereka yang melakukannya sebagai bentuk penjagaan diri dari hal-hal yang ditakutinya.
ADVERTISEMENT
مَنْ كَفَرَ بِاللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِهٖٓ اِلَّا مَنْ اُكْرِهَ وَقَلْبُهٗ مُطْمَىِٕنٌّۢ بِالْاِيْمَانِ وَلٰكِنْ مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Artinya: “Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang kafir setelah beriman kepada Allah akan mendapat azab, kecuali orang yang terpaksa melakukannya padahal d dalam hatinya tetap beriman.
(ADS)