Konten dari Pengguna

Mengenal Tari Sirih Kuning yang Ditampilkan dalam Acara Pernikahan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
25 Juli 2022 10:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tari Sirih Kuning asal Suku Betawi. Foto: Laman Resmi Kemdikbud RI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tari Sirih Kuning asal Suku Betawi. Foto: Laman Resmi Kemdikbud RI
ADVERTISEMENT
Tari Sirih Kuning adalah tari tradisional yang berasal dari Suku Betawi. Hingga kini, tarian ini masih eksis sebagai tarian pergaulan muda-mudi Betawi.
ADVERTISEMENT
Banyak yang belum tahu jika Tari Sirih Kuning ini merupakan hasil pengembangan Tari Cokek. Dikutip dari Encyclopedia Jakarta Tourism Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Tari Cokek merupakan tarian yang banyak dimainkan sejak zaman Belanda oleh para pengusaha Tionghoa ketika menduduki wilayah pinggiran Jakarta.
Awalnya, Tari Cokek dimainkan dengan cara berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Seiring berjalannya waktu, tarian ini tidak mesti dilakukan berpasangan, boleh dengan sekelompok penari perempuan, hingga akhirnya disebut Tari Sirih Kuning.
Ilustrasi Tari Sirih Kuning asal Suku Betawi. Foto: Laman Resmi Kemdikbud RI

Tari Sirih Kuning Ditampilkan dalam Acara Apa?

R. Toto Sugiarto dalam buku Ensiklopedi Seni Tari Nusantara: D. K. I. Jakarta menyebutkan, awalnya Tari Sirih Kuning digunakan untuk pergaulan antarmasyarakat dalam rangka mempererat hubungan dan terus mengalami perkembangan.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Tari Sirih Kuning kerap ditampilkan dalam acara pernikahan sebagai persembahan untuk menghibur tamu undangan. Biasanya, tarian ini digunakan untuk mengiringi pengantin Betawi saat memasuki proses penyerahan Sirih Dare oleh mempelai laki-laki kepada pengantin perempuan.
Sirih Dare terdiri dari 14 lembar daun sirih dengan posisi tangan kanan dan kiri masing-masing tujuh lembar. Semua daun sirih tersebut dilipat secara terbalik hingga membentuk kerucut. Sementara bagian tengahnya diselipkan sekuntum mawar merah serta lembaran uang dengan nilai nominal tertinggi.
Sirih Dare diberikan sebagai tanda persembahan untuk mengajak pengantin wanita duduk bersanding. Daun sirih berbentuk kerucut melambangkan cinta dan kasih sayang suami kepada sang istri.
Selain untuk prosesi pernikahan, menurut buku Benteng Nusantara tulisan Dudi Duta Akabar, Tari Sirih Kuning juga digelar untuk menyambut tamu kehormatan dan acara perayaan lainnya seperti khitanan atau sunatan.
ADVERTISEMENT
Acara tersebut akan diiringi musik Gambang Kromong, yaitu sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alunan alat-alat musik gesek Tionghoa, seperti Sukong, Tehyan, dan Kongahyan.
Tarian ini ditampilkan dengan irama lagu khas Betawi berjudul “Sirih Kuning” yang berarti gadis belia nan elok. Liriknya mengisahkan tentang pemuda yang sedang mengungkapkan perasaannya kepada sang pujaan hati dan bermaksud ingin mengajaknya bersanding di pelaminan.
Dari segi kostum, baju atasan yang digunakan para penari Sirih Kuning adalah pakaian tradisional khas Tionghoa. Penari laki-laki menggunakan baju longgar dengan bagian lengannya yang panjang. Sedangkan penari perempuan menggunakan kebaya berbahan sutra.
Untuk kostum bagian bawah, para penari menggunakan kain batik tradisional khas Betawi berbahan sutra dengan motif tanduk atau memakai celana panjang dengan warna senada baju atasan.
ADVERTISEMENT
Pakaian yang digunakan biasanya berwarna cerah seperti kuning, merah, dan hijau. Sementara aksesoris yang digunakan di bagian kepala adalah tusukan bunga khas gaya Tionghoa, konde, dan hiasan berupa bunga.
(VIO)