Konten dari Pengguna

Mengenal Tingkatan Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad dan Perawinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
16 November 2021 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca Al Quran. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca Al Quran. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memahami tingkatan hadits dan mempelajarinya adalah hal utama yang harus ditunaikan oleh umat Islam. Sebab, hadits adalah sumber hukum kedua setelah Alquran yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, hadits artinya sesuatu yang baru, dekat, atau singkat. Mengutip buku Pengantar Studi Ilmu Hadits karya Syaikh Manna al-Qaththan, hadits juga bisa berarti sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Secara istilah, hadits adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan. Jika dilihat dari segi kualitasnya, tingkatan hadits dapat digolongkan menjadi tiga. Apa saja?

Tingkatan Hadits Berdasarkan Kualitasnya

Berdasarkan kualitas sanad dan perawinya, hadits dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yakni shahih, hasan, dan dhaif. Berikut penjelasan lengkapnya:
Ilustrasi membaca Al-Quran. Foto: Unsplash
1. Hadits shahih
Hadis shahih adalah hadis musnad yang bersambung sanadnya, dinukil oleh seorang yang adil dan dabit hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat. Mengutip buku Al-Qur'an Hadits Madrasah Aliyah Kelas X, sebuah hadits dikatakan shahih jika memenuhi syarat berikut:
ADVERTISEMENT
Hukum memakai hadits sahih adalah wajib, sebagaimana disepakati oleh ahli hadits dan para fuqaha. Sebab, hadits sahih merupakan salah satu sumber hukum syariat, sehingga tidak ada alasan untuk mengingkarinya.
ADVERTISEMENT
Umat muslim membaca Al Quran di Masjid di Masjid Al Markaz Al Islam, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (8/5). Foto: Antara/Abriawan Abhe
2. Hadits Hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti kecantikan dan keindahan. Secara istilah, Abu Isa at-Tirmidzi mengartikan hadits hasan sebagai hadits yang dalam sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh bohong, haditsnya tidak janggal, serta diriwayatkan tidak hanya dalam satu jalur rawian.
Perbedaan antara hadits sahih dan hadits hasan memang sangat tipis. Bahkan, sebagian ulama mengatakan bahwa antara hadits sahih li gairihi dan hadits hasan li zatihi adalah sama.
Tingkatan hadits hasan berada di bawah level hadits sahih. Meski begitu, para fuqaha tetap memakainya sebagai hujjah dan sumber hukum. Adapun para fuqaha yang dimaksud yaitu al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah.
3. Hadits Dhaif
Hadits dhaif adalah sabda Rasulullah yang tidak memenuhi syarat diterimanya suatu hadits dikarenakan hilangnya salah satu dari beberapa syarat yang ada. Hadits jenis ini tingkatannya paling lemah di antara jenis hadits lain.
ADVERTISEMENT
Para ulama berbeda pendapat dalam memandang kedudukan hadits dha’if. Namun, mayoritas membolehkan mengambil hadits dhaif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah fadh’ilul 'amal.
(MSD)