Mengenang 55 Tahun Gugurnya Ade Irma Suryani, Korban Tragedi G30S PKI

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
6 Oktober 2020 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ade Irma Suryani, putri Jenderal Nasution yang jadi korban G30S PKI.
zoom-in-whitePerbesar
Ade Irma Suryani, putri Jenderal Nasution yang jadi korban G30S PKI.
ADVERTISEMENT
6 Oktober 1965 menjadi hari kelabu di mana korban termuda tragedi G30S PKI, yakni Ade Irma Suryani Nasution, mengembuskan napas terakhirnya. Putri bungsu Jenderal Abdul Harris Nasution yang kala itu berusia lima tahun ini gugur setelah tertembak peluru Pasukan Cakrabirawa yang hendak membawa ayahnya menuju Lubang Buaya.
ADVERTISEMENT
Jenderal Nasution memang berhasil melarikan diri, namun keselamatannya tersebut harus dibayar mahal dengan meninggalnya sang putri tercinta dan ajudan setianya, Lettu Pierre Tendean.
Saat Pasukan Cakrabirawa merangsek masuk ke kediaman Jenderal Nasution, sang jenderal bersikeras bertemu. Saat itu, istri Jenderal Nasution, Johanna Sunarti Nasution berusaha menghalangi sambil menggendong Ade Irma Suryani.
Ade Irma Suryani Nasution, korban termuda G30S PKI. Foto: Wikipedia
Dikutip dari buku Memenuhi Panggilan Tugas Jilid VI: Masa Kebangkitan Orde Baru yang ditulisnya, ia langsung menutup pintu kamar begitu mengetahui Pasukan Cakrabirawa telah ada di depan kamarnya.
Mendengar kegaduhan yang terjadi, ibunda Jenderal Nasution, Zahara Lubis, beserta putrinya Mardiyah menghampiri Jenderal Nasution melalui pintu yang terhubung ke kamar sang jenderal. Mardiyah berinisiatif mengambil Ade Irma dari Johanna dengan maksud menyelamatkan bocah tersebut ke tempat yang lebih aman.
ADVERTISEMENT
Namun karena gugup, Mardiyah justru menuju ruangan di mana terdapat beberapa prajurit Cakrabirawa. Ia disambut rentetan tembakan yang mengenai punggung Ade Irma.
Johanna membawa Ade Irma ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta dan sempat menjalani operasi dan dirawat beberapa hari. Dokter yang merawat Ade Irma memuji kekuatan gadis kecil tersebut.
"Sungguh Ade ini anak yang istimewa. Tidak menangis. Tabah dalam menderita, dan dalam keadaan sakit sendiri masih memikirkan orang lain, yaitu ayahnya," ujar dr Handoyo yang dikutip dari surat kabar Berita Yudha pada 6 Oktober 1966.
Namun, nyawa gadis kelahiran 19 Februari 1960 tersebut tidak tertolong. Tanggal 6 Oktober 1965, Ade Irma Suryani wafat.
Jenazah Ade Irma digendong Ibunda tercinta Johana Sunarti di dalam mobil yang akan membawa ke Pemakaman Blok P. (Repro "Memenuhi Panggilan Tugas")
Sehari sebelumnya, Jenderal Nasution menghadiri pemakaman tujuh rekannya yang tewas dalam peristiwa G30S PKI. Hanya dalam waktu dua puluh empat jam, beliau juga harus mengantarkan sang putri tercinta menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
ADVERTISEMENT
Ade Irma Suryani Nasution dimakamkan di TPU Prapanca Blok P Kemayoran. Pemerintah membangun monumen di makam tersebut. Di depan nisan Ade Irma Suryani terukir kata-kata mengharukan Jenderal A.H. Nasution.
"Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu”.
Saat itu, kematian Ade Irma Suryani membuat masyarakat berduka. Sebab anak kecil tidak berdosa yang belum paham kerasnya dunia politik harus menjadi korban dari persaingan kekuasaan. Pencipta lagu anak legendaris, yakni A.T Mahmud sampai menciptakan sebuah lagu berjudul Ade Irma Suryani.
Namanya juga diabadikan menjadi nama jalan, taman kanak-kanak, dan taman rekreasi. Di Bandung, Jawa Barat, nama Ade Irma Suryani dijadikan sebagai nama Taman Lalu Lintas.
(ERA)
ADVERTISEMENT