Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Mengenang Erupsi Dahsyat Gunung Merapi 26 Oktober 2010
26 Oktober 2020 15:47 WIB
Diperbarui 30 April 2021 10:18 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu dekade silam, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta memuntahkan isi perutnya. Lahar, bebatuan, debu, dan awan panas Wedhus Gembel menyapu semua yang dilaluinya.
ADVERTISEMENT
Meski sepuluh tahun telah berlalu, peristiwa tersebut masih terekam jelas dalam ingatan sebagian orang. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal akibat erupsi Merapi mencapai 341 orang.
Salah satu korbannya adalah Mbah Marijan, sang juru kunci Merapi yang fenomenal. Beliau menolak untuk dievakuasi meskipun aktivitas Gunung Merapi sedang tinggi. Bahkan ketika Sultan Hamengkubuwana X memerintahnya untuk mengungsi, Mbah Marijan tetap teguh pada pendiriannya.
Alasannya adalah karena beliau mengucap sumpah sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta dan juru kunci Gunung Merapi di hadapan Hamengkubuwana IX, bukan Hamengkubuwana X. Hal yang sama juga dilakukan Mbah Marijan pada saat erupsi tahun 2006.
Kala itu, erupsi Merapi tidak mengenai Mbah Marijan. Sayangnya, pada 2010, keberuntungan tidak berpihak padanya. Pada 2010, Gunung Merapi “menepati janjinya” untuk erupsi dalam periode dua hingga lima tahun sekali. Namun, kali ini dengan skala yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Pada 20 September, status Gunung Merapi dinaikkan dari normal menjadi waspada oleh BPPTK (Badai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) Yogyakarta. Statusnya berubah menjadi awas pada 25 Oktober 2010.
Pada 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.00, Merapi erupsi. Terjadi letusan sebanyak tiga kali dan semburan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 kilometer. Awan panas meluncur turun melewati wilayah tempat tinggal Mbah Marijan.
Mbah Maridjan ditemukan tidak bernyawa di dalam rumahnya dalam posisi bersujud di Dusun Kinahrejo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di wilayah tersebut, ditemukan juga 16 korban lainnya. Menurut data BNPB, akibat erupsi ini, 61.154 orang dievakuasi dan kerugian materi mencapai Rp4,23 triliun.
(ERA)