Konten dari Pengguna

Menilik Makna Mazmur 90 dalam Alkitab yang Digubah oleh Musa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 Januari 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mazmur 90. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mazmur 90. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mazmur 90 menjadi satu-satunya mazmur karangan Musa yang terdapat dalam kitab Mazmur. Pasal yang memuat 17 ayat Alkitab dan satu perikop tersebut masih menjadi bagian Injil Perjanjian Lama.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, Mazmur 90 menyinggung tema mengenai ketidakberdayaan manusia serta kehadiran Tuhan Yesus sebagai tempat kediaman turun-temurun. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku Pelajaran-Hayat Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung oleh Witness Lee dan Yasperin (2021).
Di samping itu, ayat Alkitab yang terdapat dalam Mazmur 90 juga menyinggung sikap dan perilaku yang harus dilakukan manusia di masa hidup yang singkat. Lebih jelasnya, simak makna Mazmur 90 berikut.
Ilustrasi Mazmur 90. Foto: Unsplash

Bunyi Mazmur 90 dalam Alkitab

Pemahaman soal Mazmur 90 akan lebih mudah apabila membaca ayat Alkitabnya terlebih dahulu. Berikut bunyi ayat Alkitab Mazmur 90 selengkapnya:
Perikop: Allah, Tempat Perlindungan yang Kekal
(1) Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
ADVERTISEMENT
(2) Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
(3) Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
(4) Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.
(5) Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,
(6) di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
(7) Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.
(8) Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.
(9) Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.
ADVERTISEMENT
(10) Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
(11) Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?
(12) Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
(13) Kembalilah, ya TUHAN--berapa lama lagi? --dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
(14) Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.
(15) Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.
(16) Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka.
(17) Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
Ilustrasi Mazmur 90. Foto: Unsplash

Makna Mazmur 90 dalam Alkitab

Ada beberapa hal yang dibahas oleh Musa dalam Mazmur 90. Jika dilihat secara keseluruhan, ayat 1-2 menyinggung tentang keyakinan hidup yang aman dekat dengan Allah, ayat 3-6 membahas keluhan tentang beban hidup yang berat.
ADVERTISEMENT
Masih menyinggung keluhan, ayat 7-12 berkaitan dengan penghakiman Allah atas umat-Nya. Kemudian, ayat 13-17 berbicara mengenai doa untuk memohon pemulihan.
Dalam kumpulan ayat tersebut, Musa juga menyinggung hidup manusia yang begitu singkat. Mengutip buku 100 Renungan Doa: Menjadikan Doa Lebih dari Sekadar Rutinitas oleh Harison J. Ompungsunggu (2021), hidup manusia sangat singkat jika dibandingkan dengan kekekalan Allah, rata-rata 70-80 tahun.
Oleh karenanya, Musa berdoa kepada Tuhan agar Ia mengajarkan umat-Nya untuk menghitung hari-hari mereka yang sangat singkat, sehingga mereka memperoleh hati yang bijaksana.
Hati yang bijaksana di sini merujuk pada sikap manusia yang menggunakan hidup dengan sebaik-baiknya menurut kehendak Tuhan Yesus guna menyongsong masa depan bersama Allah.
(GTT)