Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menilik Sejarah Perkembangan Gereja Pentakosta di Indonesia
13 Oktober 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari buku Sejarah Gereja Indonesia tulisan Dr. Wendy Sepmady Hutahaean, S.E. M. Th (2021), lahirnya gereja Pentakosta kerap kali dikaitkan dengan peristiwa luar biasa yang terjadi di Topeka, negara bagian Kansas, Amerika Serikat pada awal 1901.
Kendati demikian, ada juga yang menghubungkannya dengan peristiwa kebangunan rohani yang terjadi di Azusa Street pada 1906. Untuk lebih lengkapnya, mari simak sejarah perkembangan gereja Pentakosta melalui ulasan di bawah ini.
Sejarah Perkembangan Gereja Pentakosta di Indonesia
Seperti dikatakan sebelumnya, terdapat dua versi kelahiran gereja Pentakosta. Mengutip Jurnal Sejarah Pertumbuhan Gerakan Pentakostal di Indonesia karya Jan S. Aritonang, versi pertama mengacu pada pencurahan Roh Kudus di Kansas pada 1901. Peristiwa ini memungkinkan seseorang berbahasa lidah atau glossolalia.
ADVERTISEMENT
Tokoh utama peristiwa versi pertama adalah Charles Fox Parham. Ia merupakan seorang pendeta Episcopal Methodist Church. Namun Parham meninggalkan Gereja Metodist karena menurutnya ajaran gereja tersebut kurang menekankan kehidupan dan peranan Roh Kudus.
Sementara itu, versi kedua merujuk pada peristiwa kebangunan rohani yang terjadi di Azusa Street, Los Angeles, Amerika Serikat pada 9 April 1906 oleh William Seymour sebagai tokoh utama.
Di Indonesia , kelahiran gerakan Pentakosta dibawa oleh dua orang Amerika keturunan Belanda, yaitu Cornelius Groesbeek dan Richard van Klaveren pada 1922. Keduanya diutus oleh Bethel Temple di Seattle, Amerika Serikat.
Sebelum menginjil di Jawa, mereka sempat menjalankan pekerjaannya di Bali. Mereka menerjemahkan Injil Lukas ke dalam bahasa Bali dan melakukan penyembuhan ilahi dengan doa. Sayangnya, Groesbeek dan Klaveren tidak bisa berlama-lama di Bali karena diusir oleh pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, keduanya sudah berhasil menyebarkan pengajaran dengan baik. Sehingga beberapa tokoh tertarik dan turut menyebarkan gerakan pentakosta ke beberapa wilayah Nusantara. Mulai dari Jawa Timur, Sumatera Utara, Minahasa, Maluku, hingga Irian.
Kemudian, gerakan ini pun mulai meluas ke Temanggung, Surabaya, Bandung, dan Sumatera. Cepu di Jawa Tengah dan Surabaya menjadi beberapa pusat gerakan pentakosta di Tanah Air.
Berdirinya gereja Pentakosta di Indonesia juga tidak lepas dari banyaknya gereja Pentakosta dari Amerika yang menjalankan misi di Nusantara. Salah satunya adalah United Pentecostal Church yang bekerja di Jawa Tengah sejak 1939.
Selain mendirikan organisasi dan gereja, gerakan Pentakosta juga menghadirkan sekolah Alkitab. Misalnya, the Netherlands Indies Bible Institute atau NIBI di Surabaya yang berdiri sejak 1935. Sekolah itu disponsori oleh William W. Paterson, seorang misionaris yang diutus The Bethel Pentecosta Temple, AS.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sudah banyak denominasi gereja Pentakosta yang besar di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Isa Almasih (GIA), dan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA).
(GTT)