Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Menyelami Alam Pikiran Kartini dalam Habis Gelap Terbitlah Terang
21 April 2021 11:34 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
21 April diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasa sang pelopor emanspasi perempuan Tanah Air. Peringatan Hari Kartini hendaknya tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga disertai dengan upaya untuk memahami alam pemikirannya. Dengan demikian, api yang dikobarkan pahlawan asal Jepara ini tidak akan padam.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, Kartini aktif bertukar pikiran melalui surat dengan teman-temannya di Belanda. Melansir laman Kemdikbud, pada 1911, salah satu kawannya yaitu Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan surat-surat Kartini untuk dibukukan.
Buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Baru pada 1922 buku tersebut diterbitkan dalam versi Bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Terdapat banyak gagasan RA Kartini yang penting diketahui oleh generasi bangsa, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan perempuan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya, dikutip dari Konsep Pendidikan Perempuan R.A. Kartini Dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang oleh Siti Kholisoh (2016):
Perempuan, Pendidik Pertama Anak
Setelah lulus dari ELS (Europese Lagere School), Kartini bercita-cita untuk melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun keinginannya tersebut ditentang oleh sang ayah.
ADVERTISEMENT
Sebab, saat itu gadis-gadis yang menginjak usia 12 tahun harus dipingit hingga ada pria yang melamar untuk dijadikan istri. Karena pemikiran semacam ini, muncul anggapan bahwa kaum perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi.
Bagi Kartini tidak demikian. Justru perempuan perlu diberi kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri karena mereka akan menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Gagasan ini salah satunya ia sampaikan dalam surat untuk Nyonya Abendanon.
“Dari perempuanlah pertama-tama manusia itu menerima didikannya, diharibaannyalah anak itu belajar merasa dan berpikir, berkata-kata: dan makin lama makin tahulah saya, bahwa didikan yang mula-mula itu bukan tidak besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia di kemudian harinya. Dan betapakah ibu Bumiputera itu sanggup mendidik anaknya, bila mereka itu sendiri tidak berpendidikan?”.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Perempuan untuk Kemajuan Peradaban
Perempuan yang terdidik menghasilkan suatu bangsa yang beradab. Ia akan mampu menggunakan cipta, rasa dan karsa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serta mencapai kemakmuran dan juga kebahagiaan. Dalam suratnya kepada Tuan dan Nyonya Anton tertanggal 4 Oktober 1902, Kartini menulis:
“Pekerjaan memajukan peradaban itu haruslah diserahkan kepada kaum perempuan, jika sudah demikian peradaban itu akan amat deras majunya dalam kalangan bangsa Jawa. Adakanlah ibu yang cakap serta berpikiran; tanah Jawa pasti akan mendapat pekerja yang cakap memajukannya.
Peradaban dan kepintarannya pasti akan diturunkannya kepada anak-anaknya; anak-anaknya perempuan yang akan menjadi ibu pula, anak-anaknya laki-laki yang akhir kelaknya mesti menjadi penjaga kepentingan bangsanya.”
Pendidikan Perempuan Penting untuk Kemajuan Bangsa
Dengan memberikan hak pendidikan yang sama bagi perempuan layaknya laki-laki, kemajuan bangsa akan semakin mudah tercapai. Dengan menyatukan pemikiran laki-laki dan perempuan, maka akan menghasilkan gagasan yang lebih cemerlang. Hal ini Kartini sampaikan kepada Nona Zeehandelaar.
ADVERTISEMENT
“Kaum muda masa sekarang, tiada pandang laki-laki atau perempuan, wajiblah berhubungan. Masing-masing sendiri-sendiri memang dapat berbuat sesuatunya akan memajukan bangsa kami; tetapi apabila kita berkumpul bersatu, mempersatukan tenaga, bekerja bersama-sama, tentu usaha itu lebih besar hasilnya. Bersatu, kita kukuh teguh.”
(ERA)