Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mukjizat Nabi Nuh: Membuat Kapal Besar Penyelamat Kaum yang Taat
4 Agustus 2021 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nabi Nuh dikenal sebagai sosok yang fasih dan tegas dalam berbicara, salih, rendah hati, bijaksana, dan sabar. Selain itu, Nabi Nuh selalu membela dan melindungi kaum yang lemah, miskin, dan tertindas.
Karena sifat-sifat terpuji itulah Allah SWT memberinya gelar Ulul Azmi, gelar kenabian istimewa yang diberikan pada para rasul. Gelar ini tak lepas dari ketabahan dan kesabarannya yang luar biasa dalam berdakwah dan menghadapi kaum kafir.
Ya, kaum Nabi Nuh terkenal zalim dan sewenang-wenang. Mereka juga lebih suka menyembah berhala. Namun, Nabi Nuh tidak pantang menyerah, ia percaya bahwa Allah akan menolongnya.
Doa Nabi Nuh pun dijawab oleh Allah SWT dengan menurunkan mukjizat kepadanya. Apa mukjizat Nabi Nuh itu? Untuk mengetahuinya, simak kisah lengkapnya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Nabi Nuh Berdakwah Selama 950 Tahun
Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS kepada penduduk Armenia. Kaum Armenia adalah orang-orang yang sesat dari jalan Allah. Mereka lebih suka menyembah berhala dan percaya bahwa benda tersebut dapat memberi pertolongan kepada mereka.
Melihat kondisi tersebut, Nabi Nuh dengan sabar terus mengajak kaumnya untuk kembali kepada Allah. Sekitar 950 tahun ia berjuang menyerukan agama tauhid kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Ankabut: 14)
Sayangnya, perjuangan Nabi Nuh itu sia-sia. Selama ratusan tahun, dakwahnya hanya berhasil diterima sebagian kecil penduduk Armenia, sementara sisanya masih terjerumus dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Bahkan, mereka mengejek dan menghina Nabi Nuh, tidak percaya jika orang biasa sepertinya adalah utusan Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Sekian lama seruannya tidak pernah didengar oleh kaumnya, Nabi Nuh mulai kehilangan kesabaran. Ia memberikan peringatan kepada kaumnya agar segera kembali ke jalan Allah karena khawatir Allah akan mendatangkan bencana kepada mereka.
Ancaman Nabi Nuh itu justru dianggap lelucon. Mereka lantas menantang Nabi Nuh untuk membuktikan kerasulannya dengan mendatangkan azab kepada mereka.
Mukijat Nabi Nuh: Membuat Kapal Besar
Nabi Nuh merasa sangat sedih dengan sikap kaumnya tersebut. Ia pun segera berdoa memohon pertolongan Allah untuk membantu menyelamatkan kaumnya dari kekafiran.
"Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat, lagi sangat kufur." (QS. Nuh ayat 26-27)
ADVERTISEMENT
Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah. Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera atau perahu besar. Allah berfirman:
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)
Nabi Nuh kemudian menjalani perintah Allah SWT tersebut. Bersama kaumnya yang beriman, ia membuat sebuah kapal besar dari kayu. Hingga akhirnya, kapal itu selesai dibuat. Bentuknya hampir sempurna dan sangat besar hingga bisa menampung banyak barang bawaan.
Sementara itu, orang-orang tetap tidak memercayai Nabi Nuh. Mereka terus mencemooh dan mengejeknya. Apalagi ketika Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya beramai-ramai naik ke kapal sambil membawa berbagai jenis makanan dan binatang yang berpasang-pasangan jantan dan betina.
ADVERTISEMENT
Orang-orang terus mengejek. Mereka tidak menyadari langit mulai mendung, pertanda hujan lebat akan segera turun. Tidak lama kemudian, hujan pun turun dengan lebatnya.
Air membanjiri bumi dengan sangat cepat. Semakin lama semakin tinggi hingga menenggelamkan rumah dan orang-orang yang berada di luar kapal Nabi Nuh, termasuk istri dan anaknya, Kan’an, yang menolak ikut naik ke atas kapal.
Nabi Nuh sempat melihat Kan’an sedang menyelamatkan diri dan berupaya menyelamatkan sang putra. Namun, Kan’an bersikeras menolaknya. Ia berkata dirinya akan memanjat ke bukit yang lebih tinggi saja. Tak lama kemudian, gelombang besar datang menghanyutkan Kan’an hingga tidak terlihat lagi.
Nabi Nuh tentu saja sangat sedih, tetapi ia tetap menerima keputusan Allah. Beberapa hari setelahnya, hujan berhenti mengguyur bumi, langit kembali cerah dan banjir pun mulai surut. Nabi Nuh pun menghentikan kapal di suatu tempat dan turun bersama para pengikut serta binatang dan barang-barang bawaannya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, mereka membangun perkampungan baru dan bermukim di sana. Anak-cucu pengikut Nabi Nuh hidup bahagia bersama anak dan istri mereka yang salih dan salihah.
(ADS)