Nabi Syits, Anak Nabi Adam yang Diamanahkan Menjaga Nur Nabi Muhammad SAW

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2021 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nabi Syits. Foto: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nabi Syits. Foto: pexels
ADVERTISEMENT
Nabi Syits adalah anak Nabi Adam yang diwasiatkan untuk menjaga Nur Nabi Muhammad SAW. Beliau dilahirkan lima tahun setelah Habil dibunuh oleh Qabil, tepatnya 235 tahun usai Nabi Adam diturunkan dari langit ke bumi.
ADVERTISEMENT
Saat Nabi Syits dilahirkan, Nabi Adam berusia 930 tahun. Wasiat diberikan kepadanya karena beliau memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan, dan kepatuhan dibanding anak Nabi Adam yang lain.
Begitu mulia Nabi Syits hingga ia diamanahkan untuk menjaga Nur Rasulullah sampai akhir hayatnya. Allah juga menunjuk Syits sebagai nabi dan menurunkan atasnya lima puluh sahifah (lembaran) yang didalamnya terdapat dalil-dalil, hukum, sunah, fardu, serta syariat-syariat dan batasan hukum Allah.
Siapa sebenarnya sosok Nabi Syits dan bagaimana sejarah lahirnya amanah agung yang diemban olehnya?

Mengenal Sosok Nabi Syits dan Sejarahnya

Mengutip buku Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan oleh Kyai Abdullah Alif, Nabi Syits adalah orang pertama setelah Adam dan Hawa yang dipercaya untuk menjaga Nur Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir setelah Allah izinkan Nur Nabi Muhammad bersemayam di tubuh Siti Hawa.
iIlustrasi Nabi Syits. Foto: pexels
Menurut riwayat, Allah pertama kali menciptakan Nur Nabi Muhammad sebelum Dia menciptakan Adam, Hawa, alam semesta beserta isinya. Jika bukan karena Rasulullah, Allah tidak akan menciptakan alam semesta ini, sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi berikut yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Seandainya tidak ada Engkau (wahai Nabi Muhammad), sesungguhnya aku (Allah swt) tidak akan menciptakan alam semesta”
Segala kebaikan dan kemuliaan tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Hingga semua malaikat pun hormat dan sujud kepada Nur-nya.
Sampai suatu ketika Nabi Adam mendengar suara dari dalam dahinya yang terdengar seperti kicauan burung. Beliau merasa heran dan lantas berkata,
"Subhanallah. Maha Suci Allah. Sungguh agung sekali kekuasan-Mu. Suara apakah ini yang telah Engkau ciptakan berada dalam dahiku ya Allah?”,
Seketika Allah menjawab ketakjuban Nabi Adam tersebut dengan Firman-Nya yang artinya:
"Hai Adam, (ketahuilah olehmu, sesungguhnya suara tersebut adalah tasbih kekasih-Ku Nabi akhir zaman, yang kelak menjadi junjungan (pimpinan) seluruh umat manusia (keturunanmu). Baginyalah senantiasa Kulimpahkan sholawat dan salam sejahtera dari-Ku.”
ADVERTISEMENT
Mengutip Kitab Hujatullah karya Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, sebelumnya Nur Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa terlihat bersinar di wajah Nabi Adam. Cahayanya nampak seperti matahari yang bersinar terang benderang.
Maka, Allah pun mengambil sumpah perjanjian kepada Nabi Adam agar senantiasa menjaga Nur tersebut dengan berfirman:
"Hai Adam, bejanjilah (kepada-Ku) untuk senantiasa benar-benar menjaga Nur Nabi Muhammad SAW (yang telah Kuletakkan dalam dirimu). Janganlah sekali-kali kamu letakkan kecuali kepada orang-orang yang suci mulia,".
Maka, Nabi Adam menerimanya dengan senang hati. Bahkan beliau sangat bangga untuk melaksanakan tugas tersebut dengan menjaganya dan mewasiatkan amanatnya kepada anak cucunya kelak.
Ilustrasi Nabi Syits. Foto: pexels
Hingga kemudian Nur ini bersemayam juga dalam diri Siti Hawa. Dan tak lama lahirlah seorang anak laki-laki dari rahim Siti Hawa yang diberi nama Syits. Nur yang semula bersemayam di tubuh Hawa pindah ke dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya Nur yang terlihat di wajah Nabi Syits, maka Nabi Adam selalu memperhatikan dan menjaganya. Ini dilakukan demi memuliakan dan mengagungkan Nur Nabi Muhammad SAW yang ada dalam dirinya.
Nabi Syits tumbuh sebagai pribadi yang memiliki akhlak mulia. Beliau bahkan diutus menjadi nabi dengan membawa ajaran yang Allah berikan padanya.
Hingga Allah mengirimkan sosok bidadari yang cantik dan rupawan kepadanya. Syits pun memilih bertempat tinggal di Mekkah agar bisa melakukan ritual haji dan umrah di sana. Dia membangun kembali Ka'bah dengan lumpur kental dan tumpukan bebatuan
Mengutip buku Akhlak Para Nabi: Dari Adam Hingga Muhammad oleh Taaj Langroodi, ketika jatuh sakit dan menjelang ajalnya, Syits menetapkan putranya, Anush, sebagai pelaksana wasiatnya. Syits meninggal pada usia 912 tahun dan dikuburkan di samping makam orang tuanya, di dalam Gua Gunung Abu Qubais.
ADVERTISEMENT
(MSD)