Nadhom Aqidatul Awam, Syair Ringkas tentang Akidah Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
9 September 2021 17:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kitab nadhom aqidatul awam. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kitab nadhom aqidatul awam. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Akidah merupakan hal yang paling mendasar dalam ajaran Islam. Jika akidah seorang Muslim baik, maka ia akan menjalankan syariat Islam dengan baik pula. Tentunya didasarkan pada Alquran dan sunnah sebagai panduan utamanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu kitab akidah yang banyak dipelajari umat Muslim, khususnya para santri, ialah Nadhom Aqidatul Awam. Mengutip buku Air Mata Santri di Negeri Pesantren oleh Nisa'atun Nafisah, kitab ini ditulis oleh Syaikh Ahmad Marzuqi al-Maliki dengan muatan akidah dasar di dalamnya.
Kitab Nadhom Aqidatul Awam dibuat berdasarkan mimpi Syaikh Ahmad di mana ia mendapat perintah Rasulullah SAW. Kitab ini berisi 57 bait dan kini menjadi acuan sumber literasi ilmu akidah berbagai tempat di penjuru dunia.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang Nadhom Aqidatul Awam yang bisa Anda simak.

Kitab Nadhom Aqidatul Awam

Kitab Nadhom Aqidatul Awam dikarang oleh al-Imam al-‘Allamah Ahmad bin Muhammad Ramadhan bin Manshur al-Makki atau yang lebih akrab disapa Syaikh Ahmad Marzuqi. Beliau dikenal oleh masyarakat sebagai seorang mufti mazhab Maliki di Mekkah.
ilustrasi kitab nadhom aqidatul awam. Foto: Shutterstock
Mengutip buku 33 Kitab Kuning Paling Berpengaruh di Pesantren, Syekh Ahmad Marzuqi lahir di Mesir pada tahun 1205 H. Beliau menuntut ilmu di Makkah, kemudian menjadi pengajar di Masjidil haram dan diangkat menjadi Mufti dalam Mazhab Maliki.
ADVERTISEMENT
Syekh Ahmad al-Marzuqi terkenal dengan kezuhudan dan ketakwaannya. Beliau juga memiliki beberapa karangan yang sangat bermanfaat bagi umat, salah satunya Nadhom Aqidatul Awam.
Seperti disebutkan di awal, Nadhom Aqidatul Awam memuat 57 bait yang dimulai dengan pujian kepada Allah dan Rasululullah serta para sahabat dan keluarganya. Kemudian, kitab ini juga memuat kewajiban mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat mustahil, serta sifat jaiz-Nya.
Setelah itu, disebutkan pula sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi para Rasul dan 25 nama-nama Nabi. Kemudian sifat malaikat secara umum dan nama-nama malaikat, nama-nama kitab, kewajiban menerima pesan yang disampaikan Rasul, iman kepada hari kiamat, nama-nama keluarga Nabi, Isra Mi’raj dan kewajiban shalat bagi umat Muslim.
Di kalangan santri pesantren, kitab ini menjadi rujukan penting dan dasar pengenalan akidah Islam. Aqidatul Awam diyakini bisa menjadi solusi pencegahan untuk menghadapi fenomena terorisme dan radikalisme yang marak saat ini.
ADVERTISEMENT
ilustrasi kitab nadhom aqidatul awam. Foto: Shutter Stock
Kitab Aqidatul Awam memiliki keunggulan dalam segi model penulisan yang berbentuk bait. Hal ini dapat memudahkan para santri untuk mengkaji dan menghafalnya. Biasanya, setiap pesantren mempunyai versi nada masing- masing dalam melantunkan bait-bait nadhom itu.
Tidak sedikit juga santri yang memanfaatkan alat musik seadanya untuk menambah irama ketika membaca Nadhom Aqidatul Awam. Di samping itu, penggunaan bahasa yang cukup sederhana dalam kitab ini juga memudahkan pemula dalam mengartikannya.
Banyak ulama yang menyusun kitab Nadhom Aqidatul Awam, salah satunya ialah Syaikh al- Marzuqi sendiri melalui kitab Tahshit Naylil Maram. Ada pula kitab Nur al-Dlalam 'ala Mandhumah Aqidah al- Awam karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Jalaul Afham Syarh Aqidatul Awam karya KH. Ihya Ulumuddin, Tashil at- Maram li Daris Aqidatil Awam karya Syaikh Ahmad al Qath'ani, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Tujuan utamanya tidak lain supaya murid-murid para ulama ini mudah menghafal nilai-nilai tauhid melalui nadhom, menghindarkan dari syirik yang merupakan dosa terbesar, membentuk pribadi santri yang seimbang, serta menaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
(MSD)