Konten dari Pengguna

Niat Membayar Puasa Ramadan dan Ketentuannya yang Wajib Dipahami

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 Januari 2025 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah wajib dalam agama Islam yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah wajib dalam agama Islam yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Membayar utang puasa hukumnya wajib bagi siapa saja yang meninggalkan puasa Ramadan dengan alasan yang dibenarkan oleh syariat. Maka, penting bagi umat Muslim untuk mengetahui niat membayar puasa Ramadan agar ibadahnya sah dan diterima oleh Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, puasa Ramadan adalah ibadah yang wajib dijalankan umat Islam setiap tahun di bulan Ramadan. Puasa ini masuk dalam Rukun Islam kelima yang tidak boleh ditinggalkan oleh umat Islam.
Namun, ada beberapa keadaan yang membolehkan seseorang untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan, seperti sakit, haid atau nifas, hamil/menyusui, dan lain sebagainya. Meski diperbolehkan tidak berpuasa, kewajiban untuk mengganti (qadha) puasa tersebut tetap berlaku di hari lain setelah bulan Ramadan. Bagaimana bacaan niatnya?

Bacaan Niat Membayar Puasa Ramadan

Penting bagi setiap muslim untuk mengetahui niat membayar puasa Ramadan. Foto: Pexels.com
Mengutip buku Tanya Jawab Islam: Piss KTB oleh PISS KTB, niat membayar utang puasa Ramadan berbeda dengan bacaan niat puasa pada umumnya, yakni sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
ADVERTISEMENT
(Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaa'i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta'aalaa.)
Artinya:
"Saya berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah SWT."
Membayar utang puasa ini harus dilakukan sebelum datangnya Ramadan di tahun berikutnya. Umat Islam dianjurkan mengganti puasa pada hari-hari yang diperbolehkan berpuasa sunnah, bukan diharamkan dalam Islam.
Adapun hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa, termasuk qadha puasa Ramadan adalah sebagai berikut:
Jika seseorang tetap melaksanakan qadha di hari tersebut, puasanya dianggap tidak sah menurut mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali, serta harus diulang di hari yang diperbolehkan. Sementara menurut mazhab Hanafi, puasanya sah tetapi tetap berdosa.
ADVERTISEMENT

Ketentuan Jika Tidak Membayar Puasa Ramadan

Umat Islam diwajibkan untuk menqadha puasa Ramadhan yang ditinggalkan sebelumnya. Foto: Pexels.com
Dalam buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab karya DR. Thâriq Muhammad Suwaidân dijelaskan bahwa ada beberapa ketentuan penting yang harus dipahami jika seseorang menunda atau tidak membayar utang puasa Ramadan.
Menurut Mazhab Maliki, Syafii, dan Hanbali, jika masih ada cukup waktu sebelum Ramadan berikutnya untuk mengganti puasa, maka qadha wajib dilakukan segera. Sementara menurut mazhab Hanafi, menyunahkannya.
Jika seseorang menunda qadha puasa hingga melewati satu tahun penuh tanpa uzur yang jelas, maka wajib mengganti puasa dan ajib membayar fidyah, yaitu memberi makan satu orang miskin.
Fidyah ini diberikan dalam bentuk makanan pokok, seperti beras atau makanan siap saji. Jumlahnya adalah satu porsi makan untuk setiap hari puasa yang belum diganti. Jadi, jika ada 10 hari puasa yang belum diganti dan sudah lewat satu tahun, maka fidyah yang harus dibayarkan adalah 10 porsi makanan.
ADVERTISEMENT
Jika seseorang tidak mengganti puasa selama beberapa tahun berturut-turut, maka ia wajib mengganti puasa (qadha) dan membayar fidyah untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan sesuai jumlah tahun yang terlewat.
Maksudnya, apabila seseorang memiliki utang puasa 10 hari dan baru menggantinya setelah 5 tahun, maka fidyah yang harus dibayarkan adalah 50 kali makan untuk orang miskin (10 hari x 5 tahun).
(SAI)