Konten dari Pengguna

Panjenengan VS Sampeyan, Mana yang Lebih Sopan?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 Desember 2021 9:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menggunakan bahasa jawa. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menggunakan bahasa jawa. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata panjenengan tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Penggunaannya pun kerap dilontarkan dalam percakapan sehari-hari. Selain panjenengan, terdapat pula kata sampeyan yang memiliki arti sama.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Kamus Bahasa Jawa-Indonesia Cetakan Pertama karya Eko Gunawan (2018: 221) arti kata "panjenengan" adalah kamu; engkau; Anda. Demikian pula "sampeyan" yang artinya juga kamu; engkau; Anda.
Namun, kedua kata tersebut berbeda secara penggunaan. Lebih jelasnya, berikut konteks penggunaan panjenengan dan sampeyan dalam percakapan sehari-hari.
Ilustrasi kamus bahasa Jawa. Foto: Pixabay

Penggunaan Panjenengan vs Sampeyan

Dikutip dari buku Tingkatan Tutur Bahasa Jawa milik Soepomo Poedjosoedarmo (1999: 15), kata “panjenengan” tingkatannya lebih sopan dibandingkan dengan kata “sampeyan”.
Kata “panjenengan” termasuk dalam bahasa Jawa krama inggil. Sedangkan kata “sampeyan” termasuk dalam bahasa Jawa krama madya.
Kata “panjenengan” dipergunakan ketika seseorang bertemu dengan orang yang lebih tua atau sangat hormati. Sementara kata “sampeyan” digunakan ketika bertemu dengan orang yang sepantaran, sudah cukup kenal dan dekat, tetapi tetap berusaha untuk menghormatinya.
ADVERTISEMENT
Agar tidak lagi keliru dalam menggunakan kata-kata bahasa Jawa, simak tingkatan penggunaannya di bawah ini.
Ilustrasi tingkatan bahasa Jawa. Foto: Pixabay

Tingkatan Bahasa Jawa

Merujuk pada buku Cepat Terampil Membaca Aksara Jawa tulisan Eko Gunawan (2018: 45), berikut tingkatan bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa.
1. Krama Inggil
Krama inggil adalah tingkatan tertinggi dalam hierarki bahasa Jawa. Dahulu, krama inggil digunakan oleh kalangan priyayi atau keluarga keraton yang sangat dihormati, terutama oleh para abdi dalem kepada keluarga keraton. Jika pada kalangan biasa, krama inggil digunakan anak kepada orang tuanya.
Contoh:
2. Krama Madya
Krama madya atau ngoko alus adalah tingkatan tengah dalam bahasa Jawa. Krama madya merupakan pencampuran krama inggil dengan ngoko.
ADVERTISEMENT
Penggunaan madya lebih populer dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Meski ngoko, krama madya tidak terkesan kasar. Tingkatan ini sering digunakan karena faktor kemudahan bagi penuturnya.
Contoh:
3. Ngoko
Tingkatan bahasa Jawa ngoko adalah tingkat terendah dalam hierarki bahasa Jawa. Biasanya digunakan oleh orang yang status sosialnya sama atau dari kedudukan tinggi ke rendah. Misalnya, orang tua kepada anaknya atau teman sepantaran.
Tingkatan ini juga sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ngoko terkesan kasar jika digunakan oleh seseorang yang memiliki status rendah ke yang lebih tinggi karena dianggap tidak hormat.
Contoh:
ADVERTISEMENT
(VIO)