Pengertian dan Batasan Riya Serta Contoh Perbuatannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
9 September 2021 8:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi batasan riya. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi batasan riya. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Riya adalah perbuatan hati yang tercela, sifat ini dianggap sebagai perbuatan syirik kecil. Riya membuat orang merasa ingin selalu dipuji dengan melakukan hal-hal yang sebenarnya ia malas lakukan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Drs.H. Thoyib Sah Saputra, M.Pd, riya berasal dari kata ra’a artinya memperlihatkan. Riya bisa diartikan menampakkan ibadah dengan maksud agar dilihat orang untuk mendapat pujian.
Menurut ahli kasyaf, riya merupakan sikap yang dapat mengantarkan seseorang kepada ketidakikhlasan. Padahal Allah SWT sudah memberikan batasan, bahwa setiap hamba hanya boleh melakukan sesuatu semata-mata hanya untuk Allah.
Lalu bagaimana batasan riya dan tanda-tandanya? Simak ulasan berikut ini.

Batasan Riya

Ilustrasi batasan riya. Foto: Pixabay
Dikutip dari buku Manusia yang Dicintai & Dibenci Allah Kunci-Kunci Menjadi Kekasih Allah oleh Adnan Tharsyah, batasan riya adalah keinginan seorang manusia untuk taat kepada Allah. Ini dijelaskan dalam Alquran surat Yusuf ayat 106, Allah SWT berfirman.
ADVERTISEMENT
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan menyekutukan Allah-dengan sembahan-sembahan lain.” (QS. Yusuf :106)
Selain dalil di atas, batasan riya juga dijelaskan dalam hadis qudsi. Rasulullah SAW menyatakan dengan tegas bahwa Allah tidak suka dengan orang yang riya. Allah akan membiarkan orang tersebut bersama sekutunya itu.
Diriwayatkan Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku Dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya itu ia menyekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia bersama sekutunya itu”. (HR. Muslim)
Ini berarti Allah tidak peduli dengan hamba-Nya yang syirik. Barangsiapa yang beramal untuk Allah dan selain-Nya, Allah tidak akan menerimanya, bahkan Dia akan meninggalkannya. Maksudnya, amal orang yang riya adalah batil, tidak akan mendapatkan ganjaran, dan hanya mendapatkan dosa.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW sudah dapat memprediksi bahwa umatnya akan memiliki sikap riya. Hadist tersebut diriwayatkan oleh Ahmad dari sahabat Mahmud bin Labid.
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh yang paling aku takuti atasmu adalah asy-syirk al-ashgar. Sahabat bertanya:“Apa asy-syirk al-ashgar itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Riya. Allah ketika membalas perbuatan manusia pada hari kiamat berfirman: “Pergilah kepada mereka yang engkau riya untuk mereka di dunia, dan lihatlah apakah engkau mendapatkan balasan pada mereka”. (HR. Ahmad no.27742)

Tanda-tanda dan Contoh Perbuatan Riya

Ilustrasi batasan riya. Foto: Shutter stock.
Memiliki sifat riya berarti tandanya iman seseorang sudah rusak, oleh sebab itu sifat ini wajib dijauhi oleh seorang Muslim. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Drs.H. Thoyib Sah Saputra, M.Pd, menurut Ali bin Abi Thalib r.a ada empat tanda orang riya, antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1.Malas beramal atau beribadah jika sendirian.
2.Jika di depan orang lain rajin beramal atau beribadah.
3.Jika dipuji, semakin banyak amal yang dilakukannya.
4.Jika tidak ada yang memuji, maka ia malas dan makin berkurang beramalnya.
Adapun contoh perilaku riya dikutip dari buku yang sama, antara lain sebagai berikut:
1.Suka memamerkan amal
2.Memamerkan ibadah secara tersirat (halus)
3.Suka menonjolkan aib orang lain
4.Membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah yang dilakukannya.
5.Menuntut ilmu demi popularitas
6.Berpura-pura tawadhu.
(IPT)