Pengertian dan Tujuan Manasik Haji beserta Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 Juni 2022 12:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibadah haji. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibadah haji. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manasik haji adalah sebuah praktik pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya. Dalam kegiatan ini, calon jemaah haji akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan haji yang akan ditunaikan. Mulai dari rukun, persyaratan, wajib, sunnah haji maupun hal-hal yang dilarang selama pelaksanaan haji.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Panduan Pintar Haji & Umrah terbitan Qultum Media, umumnya manasik dilakukan 8-12 minggu sebelum keberangkatan, dan biasanya dipandu oleh ustad, ustadzah, dan muthowif (pemandu). Pelaksanaan manasik bertujuan membantu calon jemaah memahami tata cara dan alur ibadah haji sebelum melakukan haji sebenarnya.
Selain itu, para jemaah juga akan mempelajari budaya, bahasa, dan kondisi alam di Arab Saudi. Dengan begitu, kecil kemungkinan ibadah haji yang dilakukannya akan rusak atau batal, sehingga tidak perlu lagi mengulangi di musim haji berikutnya. Karenanya, sangat dianjurkan sekali bagi calon jemaah untuk mengikuti manasik haji.
Untuk menambah ilmu, berikut ini adalah tata cara pelaksanaan haji agar dapat melaksanakan rukun Islam ke-5 tersebut dengan baik sesuai ajaran Rasulullah SAW sehingga meraih haji yang mabrur.
Ilustrasi ibadah haji. Foto: Unsplash

Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji

Merangkum buku Fikih Madrasah Tsanawiyah karangan H. Ahmad Ahyar dan Ahmad Najbullah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi rukun dan wajib haji. Adapun tata cara pelaksanaan ibadah haji adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

1. Ihram dan Miqat

Ihram dan miqat adalah batas waktu dan tempat dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Miqat sendiri dibagi menjadi dua, yaitu miqat zamani (batas waktu) dan miqat makani (batas tempat).
Batas waktu pelaksanaan ibadah haji adalah pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah. Adapun batas tempat untuk memulai ibadah haji terletak di beberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan jemaah haji.
Sedangkan ihram adalah berniat untuk mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram dan meninggalkan semua yang dilarang atau diharamkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Sebelum memakai ihram, jemaah dianjurkan untuk memotong rambut, kuku, mandi sunnah ihram, berwudhu, dan lain sebagainya.

2. Wukuf di Padang Arafah

Wukuf adalah hadir atau berkumpul di Padang Arafah hanya beberapa saat dan sifatnya wajib bagi jemaah haji. Pelaksanaan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari (setelah Dzuhur) pada tanggal 9 Zulhijjah sampai menjelang waktu Subuh pada tanggal 10 Zulhijjah.
ADVERTISEMENT
Wukuf diawali dengan mendengarkan khutbah wukuf oleh imam yang ditunjuk, kemudian mengerjakan shalat dzuhur dan ashar yang dijamak takdim dan qasar. Selama menunggu masuk waktu wukuf, jemaah haji dianjurkan untuk banyak berdzikir kepada Allah dengan membaca takbir, tahmid, dan istighfar.

3. Menginap atau Mabit di Muzdalifah

Muzdalifah adalah sebuah tempat yang terletak antara Arafah dan Mina. Setalah tengah malam, jemaah haji berangkat dari Arafah menuju Mina. Sesampainya di Muzdalifah, jemaah haji berhenti walaupun sebentar. Amalan ini disebut mabit.
Bagi jemaah haji yang datang sebelum tengah malam, diwajibkan menunggu sampai tengah malam sebab waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah malam sampai terbit fajar. Ketika di muzdalifah, para jemaah haji mengerjakan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Kerikil yang digunakan untuk melempar jumrah dapat diambil di mana saja, tetapi disunnahkan mengambilnya di Muzdalifah. Selain itu, jemaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah harus membayar dam sesuai dengan ketentuan.
Ilustrasi ibadah haji. Foto: Unsplash

4. Melontar Jumrah Aqabah

Jumrah aqabah adalah sebuah tugu batu yang terletak di Bukit Aqabah di Mina. Melontar jumrah aqabah dilakukan setelah fajar menyingsing atau siang hari pada tanggal 10 Zulhijah dengan menggunakan kerikil sebanyak 7 butir. Setelah melontar jumrah aqabah, jamaah haji melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

5. Thawaf Ifadhah

Bagi jemaah haji yang akan melakukan tawaf ifadah pada hari itu juga (10 Zulhijjah) dapat langsung pergi ke Mekkah untuk melakukan tawaf. Jemaah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir di sana pula.
ADVERTISEMENT

6. Sa’i

Sa’i adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Pelaksanaan sa'i dilakukan dari Safa ke Marwah atau sebaliknya. Sa’i yang dilakukan dari Marwah ke Safa dihitung satu kali dan diakhiri di Marwah.

7. Tahallul

Tahallul ialah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan) untuk melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram. Tahallul dilakukan dengan cara mencukur atau menggunting rambut paling sedikit tiga helai rambut.

8. Menginap atau Mabit di Mina

Apabila telah mengerjakan tahallul kedua, jemaah haji kembali menuju Mina untuk mabit selama hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Jika matahari telah tergelincir, setiap hari jemaah haji melontar tiga jumrah sebanyak tujuh kali. Tiga jumrah tersebut adalah ula, wusta, dan aqabah.
Jemaah boleh meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijjah setelah melempar jumrah. Hal ini disebut dengan nafar awwal. Bagi jemaah yang meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah, itu lebih sempurna.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, jemaah haji tersebut melontar jumrah selama tiga hari dalam hari tasyrik. Hal ini disebut dengan nafar tsani. Setelah itu, jemaah haji kembali ke Mekkah dan seluruh rangkaian ibadah haji sudah dikerjakan.
(IMR)