Konten dari Pengguna

Pengertian Hadits Taqririyah Lengkap dengan Contohnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
4 Oktober 2021 12:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hadits taqririyah. Foto: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hadits taqririyah. Foto: pexels
ADVERTISEMENT
Hadits adalah sumber ajaran kedua Islam setelah Alquran. Kehadirannya dapat dijadikan sebagai pedoman hidup umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, hadits artinya sesuatu yang baru, dekat, atau singkat. Hadits juga bisa berarti sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Secara istilah, hadits adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan. Berdasarkan sifatnya, hadits dibedakan beberapa jenis, salah satunya adalah hadits taqririyah.
Apa itu hadits taqririyah dan bagaimana contohnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Pengertian Hadits Taqririyah dan Contohnya

Hadits taqririyah adalah hadits yang memuat tentang perbuatan para sahabat yang telah diikrarkan oleh Rasulullah SAW. Menurut Abu Ubaidah dalam buku Tafsir Al-Asas, ikrar tersebut dapat berupa sikap diamnya Rasulullah SAW. Dalam kondisi ini, Rasulullah tidak mengatakan sesuatu, tidak menyuruh dan tidak pula melarangnya.
Ilustrasi hadits taqririyah. Foto: pexels
Menurut jumhur ulama, sikap diam Rasulullah tersebut menunjukkan bolehnya suatu perbuatan atau perkataan. Sebab, jika tidak boleh, beliau pasti sudah melarangnya dengan tegas sebagaimana disebutkan dalam jenis hadits lain.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan hal tersebut, dalam buku Pendidikan Agama Islam, Asep Rudi Nurjaman memaparkan pendapat lain. Menurutnya, keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk, yaitu:
1. Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang olehnya
Dalam hal ini, Nabi telah mengetahui bahwa seseorang selalu melakukan perbuatan yang pernah dibenci dan dilarang atasnya. Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya.
2. Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula haramnya
Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena jika perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesalahan. Sedangkan Nabi bersifat terhindar dari kesalahan.
Ilustrasi hadits taqririyah. Foto: pexels
Dari penjelasan di atas, hadits bukanlah sesuatu yang diucapkan atau disampaikan melalui lisan Nabi Muhammad saja. Lebih dari itu, hadits mencakup seluruh perilaku, perbuatan, dan diamnya Nabi dalam menyikapi kejadian yang terjadi di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Diamnya Nabi Muhammad SAW bisa dipahami bahwa beliau tidak melarang dan tidak menyuruh terhadap suatu perilaku atau perbuatan yang dilakukan para sahabat saat itu. Berikut contoh hadits taqririyah tentang tayamum yang bisa Anda simak:
Abu Sa'id Al Khudri ra ia berkata: "Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali". (HR. ad-Darimi).
ADVERTISEMENT
(MSD)