Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Halal Bihalal dan 5 Tradisi Idul Fitri Lainnya
9 Mei 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Halal bihalal adalah salah satu istilah keagamaan dan fenomena budaya yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata halal bihalal bahkan sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti hal maaf-memaafkan antar sesama umat Islam.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah dijelaskan oleh Zaprulkhan dalam buku Islam yang Santun dan Ramah, Toleran, dan Menyejukkan, halal bihalal lazimnya dilaksanakan setelah bulan Ramadhan. Biasanya masih dalam lingkup bulan Syawal, baik itu seminggu setelah Idul Fitri, pertengahan atau di akhir bulan Syawal.
Tujuan dari halal bihalal ini yaitu untuk menyambung silaturahmi antar keluarga dan orang-orang sekitar yang ditandai dengan momentum suasana Idul Fitri. Selain silaturahmi, halal bihalal juga biasanya diselipkan dengan pemberian sedekah kepada keluarga yang dianggap membutuhkan uluran tangan atas kelebihan rejeki yang dimilikinya.
Selain halal bihalal, ada banyak tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada momen hari raya Idul Fitri. Beberapa tradisi lainnya akan dijelaskan pada ulasan di bawah ini.
5 Tradisi Momen Perayaan Idul Fitri
Berikut ini adalah rangkuman tradisi masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri yang bersumber dari buku Majalah AULA Edisi Mei 2022 terbitan PT Aula Media Nahdlatul Ulama.
ADVERTISEMENT
1. Takbiran
Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa, umat Muslim biasanya menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri dengan mengumandangkan kalimat takbir atau biasa disebut dengan takbiran. Tradisi takbiran ini dilakukan sepanjang malam 1 Syawal hingga pagi hari menjelang shalat Idul Fitri.
Selain itu, terdapat dua macam takbiran yang biasa dilakukan di lingkungan masyarakat. Pertama, takbiran dengan cara berkeliling kampung dengan jalan kaki atau keliling kota dengan menaiki kendaraan yang dihiasi dengan berbagai pernak-pernik. Takbiran keliling biasanya diiringi dengan tabuhan bedug maupun musik tradisional yang menjadikannya lebih meriah.
Kedua, takbiran yang dilakukan di dalam masjid atau mushalah. Tradisi ini dikumandangkan selama satu malam penuh, mulai dari Maghrib hingga keesokan harinya saat dilakukan shalat Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
2. Nyekar dan Ziarah Kubur
Kebiasaan ziarah kubur dan nyekar (menabur bunga) telah menjadi salah satu tradisi yang umum dilakukan masyarakat Indonesia saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Ada yang berziarah ke makam orang tua atau sanak keluarga, hingga ke makam para ulama atau tokoh-tokoh ternama.
Tradisi ini sangat baik dilakukan karena akan semakin mengingatkan seseorang akan kematian. Sehingga orang yang berziarah kubur ini akan lebih giat untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT.
Selain itu, saat nyekar (menabur bunga) biasanya diiringi dengan berbagai doa agar Allah SWT mengampuni segala dosa dan menerima amalan orang yang telah meninggal dunia, serta diberikan surga dan kenyamanan di alam kubur.
3. Ketupat dan Lepet
Ketupat dan lepet adalah salah satu makanan khas yang biasanya disajikan pada saat momen Idul Fitri terutama masyarakat di Jawa. Selain sebagai makanan khas, tradisi ketupat dan lepet ini merupakan salah satu media dakwah yang digagas pada masa Wali Songo oleh Sunan Kalijaga.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi Jawa, kata Ketupat atau Kupat juga bisa diartikan sebagai Ngaku Lepat yang berarti “mengakuit kesalahan”. Ngaku Lepat diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh memohon maaf di hadapan orang tuanya atas segala kesalahan yang pernah dilakukannya.
4. Bingkisan (Parcel) Lebaran
Mengirim bingkisan, hantaran atau parcel pada momen Lebaran sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Walaupun tidak ada tuntunannya dalam ajaran Islam, memberikan bingkisan menjelang Lebaran masih tetap diminati oleh sebagian kalangan.
Kebiasaan ini bertujuan untuk memupuk rasa empati, membiasakan bersikap ikhlas, mendidik agar pandai bersyukur, menumbuhkan sifat dermawan, dan membentuk pribadi yang peduli dengan sesama.
5. Amplop Lebaran (Salam Tempel)
Di Indonesia, hampir seluruh masyarakat menyambut dan memeriahkan perayaan Idul Fitri dengan suka cita. Terlebih anak-anak yang menunggu untuk menerima amplop atau yang biasa juga disebut dengan salam tempel.
ADVERTISEMENT
Salam tempel merupakan salah satu tradisi Lebaran di mana orang dewasa atau yang sudah bekerja untuk membagikan "THR". Uang tersebut diberikan kepada yang lebih muda atau anak-anak, entah itu keponakan, anak, tetangga, dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, bentuk dan motif amplop Lebaran pun kini lebih beragam. Tidak hanya putih biasa, tapi juga dihiasi gambar-gambar lucu dan menarik dengan tambahan ucapan selamat Idul Fitri.
(IMR)