3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Pengertian Idealis beserta Jenis-jenis dan Dalilnya dalam Ilmu Filsafat

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
3 Januari 2023 10:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan membaca buku filsafat. Foto: Nattakorn_Maneerat/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan membaca buku filsafat. Foto: Nattakorn_Maneerat/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Idealis adalah tipe pemikiran manusia yang berfokus pada ilmu pengetahuan dan kebenaran tingkat tinggi. Orang yang menganut paham idealisme meletakkan semua realitanya dalam manifestasi ide.
ADVERTISEMENT
Idealis merupakan lawan dari realis. Mengutip buku Filsafat Ilmu di Era Milenial susunan Dr. Ismail Marzuki, dkk., paham ini diciptakan pertama kali oleh seorang filsuf ternama asal Yunani, Plato, yang hidup pada abad ke-5 SM.
Para kaum idealis menganggap bahwa sesuatu yang konkret letaknya ada di dalam pikiran manusia. Hal ini mencakup pemikiran, angan-angan, cita-cita, dan harapan.
Aspek terpenting dalam paham idealis adalah akal pikiran manusia. Bagaimana implikasinya dalam kehidupan sehari-hari? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut ini.

Mengenal Paham Idealis dalam Ilmu Filsafat

Ilustrasi mempelajari konsep idealis. Foto: Shutter Stock
Pada dasarnya, idealis adalah prinsip pemikiran manusia yang tegas dan rasional. Sehingga, orang yang idealis cenderung lebih memperhatikan keputusannya secara matang-matang.
Konsep idealis dalam filsafat sejatinya dipelopori oleh Plato. Namun, seiring berkembangnya zaman, konsep ini juga menemui kompleksitasnya dalam pemikiran para filsuf.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Psikologi Umum Dasar karya Ahmad Saifuddin (2022), ada tiga jenis idealisme yang biasa dijumpai yaitu idealisme subjektif, objektif, dan personal. Ketiganya memiliki prinsip yang berbeda dalam memandang kehidupan ini.
Idealis subjektif meyakini bahwa akal manusia, jiwa, dan persepsinya hanya ada dalam akal. Menurut Berkeley, seorang ahli filsuf modern, tidak ada substansi material yang terkandung di dalam konsep idealis tersebut.
Sebab pada dasarnya, konsep idealis sangat dipengaruhi oleh persepsi manusia. Pikiran adalah satu-satunya alat yang memiliki kehendak untuk melakukan persepsi tersebut.
Ada dua hal yang dibutuhkan ketika seseorang ingin melakukan persepsi. Pertama, sesuatu yang digunakan untuk mengetahui adanya realita. Kedua, sesuatu yang bisa dilihat untuk diketahui realitanya.
Ketika sesuatu yang ingin diketahui ada, namun jiwa dan pikiran tidak mempersepsinya, maka manusia tidak dapat mengetahui realita tersebut. Sesuatu tersebut dianggap tidak ada dan tidak nyata.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan jiwa dan pikiran tidak mengetahui sesuatu tersebut, sehingga hakikatnya tidak ada dalam jiwa dan pikiran saja. Dengan kata lain, sesuatu itu dianggap tidak ada selama seseorang tidak mengetahuinya.

Dalil tentang Konsep Idealis

Ilustrasi membaca buku filsafat. Foto: Shutter Stock
Para ahli filsuf merangkum beberapa dalil tentang konsep idealis yang dikemukakan oleh Goege Berkeley. Berikut penjelasannya yang bisa Anda simak:

1. Idealis berasal dari indra

Setiap pengetahuan manusia, termasuk paham idealis, sejatinya berasal dari pengindraan. Dalam hal ini, alat indra berperan penting dalam menentukan rasionalistas sebuah kejadian. Alat indra tersebut juga menjadi prinsip pokok dari ilmu pengetahuan.

2. Idealis berasal dari persepsi

Kosep idealis mempercayai sesuatu di luar jiwa dan pikiran manusia. Konsep ini bertumpu pada fakta bahwa manusia dapat melihat, mendengar, merasakan, dan meraba sesuatu. Hingga akhirnya, semua pemikiran dan rasionalitas manusia berasal dari persepsi masing-masing.
ADVERTISEMENT

3. Sifat idealis tidak esensial

Meski dianggap penting oleh sebagian orang, pada kenyataannya konsep idealis tidaklah esensial. Di momen-momen tertentu, seseorang akan bertindak secara realis dengan tidak memedulikan pemahaman idealisnya.
(MSD)