Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Ittiba dalam Islam Lengkap dengan Kedudukan dan Tahapan Mencapainya
29 September 2021 15:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Islam lahir sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk. Umat Muslim diperintahkan untuk mempelajari ajarannya, melalui jalur-jalur yang disyariatkan dalam agama, salah salah satunya adalah ittiba.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, ittiba artinya mengikuti. Sedangkan secara istilah, ittiba adalah sikap mengikuti pendapat seseorang ulama, fuqaha', dan sejenisnya dengan mengetahui dan memahami dalil atau hujah suatu perkara yang digunakan oleh mereka.
Ittiba juga diartikan sebagai upaya mengikuti semua yang diperintahkan dan dibenarkan Rasulullah SAW serta menjauhi segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang ittiba dalam Islam lengkap dengan kedudukan dan tahapan mencapainya.
Pengertian Ittiba
Prinsip dasar menempuh perjalanan menuju Allah adalah dengan berittiba. Rahasia memuliakan ittiba ini dapat dimulai dengan mengubah kehendak nafsu menjadi kehendak Allah.
Islam mewajibkan umatnya untuk berittiba, baik kepada Allah SWT maupun Rasul-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Surat Ali Imran ayat 32 berikut:
ADVERTISEMENT
قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.
Mengutip buku Fiqh dan Ushul Fiqh oleh Dr. Nurhayati,dkk., posisi ittiba kepada Allah dan Rasul-Nya mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Ittiba dapat menjadi syarat diterimanya amal, bukti kebenaran cinta seseorang kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjadi sifat utama orang-orang yang shalih.
Berbeda dengan mujtahid, seorang muttabi tidak perlu memenuhi syarat-syarat tertentu untuk berittiba. Jika seseorang tidak sanggup memecahkan persoalan agama, ia wajib bertanya kepada orang lain seperti mujtahid atau orang-orang yang paham akan ajaran Islam.
Dengan demikian, diharapkan bahwa setiap Muslim, sekalipun mereka awam, dapat mengamalkan ajaran Islam dengan penuh keyakinan dan pengertian. Karena, suatu ibadah yang dilakukan dengan penuh pengertian akan menimbulkan kekhusyukan dan keikhlasan.
Kemudian, seandainya jawaban yang diterima seorang muttabi diragukan kebenarannya, maka ia boleh bertanya kepada mujtahid atau ulama lainnya. Ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar ia yakini. Melalui keyakinan itu, ia kemudian bisa mengamalkan ajaran tersebut dengan benar.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Terapi Ruhani untuk Semua oleh Habib Ali al-jufri, dijelaskan beberapa tingkatan untuk mencapai ittiba. Pertama, ittiba dimulai dengan meninggalkan semua larangan Allah dan mengerjakan semua perintah-Nya. Kedua, menjaga hal-hal sunnah dan meninggalkan hal-hal makruh. Ketiga, menerapkan adab dan niat mengikuti sunnah Rasulullah dalam hal-hal mubah.
Untuk mencapai tingkatan ini, seorang Muslim harus gigih memerangi hawa nafsunya. Ini dilakukan agar seseorang dapat mengikuti Allah dan Rasul-Nya dengan rasa nikmat serta nyaman di hati.
Orang yang ingin meniti jalan ini, harus menjauhi sifat tercela dan mendekati sifat terpuji. Ia harus mulai melangkahkan kakinya menuju Allah. Meskipun banyak rintangan menerpa, ia hendaknya tidak goyah pada tekadnya.
(MSD)