Konten dari Pengguna

Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Feasibility Study dalam Bisnis

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
18 Oktober 2022 16:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh feasibility study. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh feasibility study. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Memulai sebuah proyek skala besar dengan dampak yang signifikan secara luas membuat sebuah perusahaan harus mempertimbangkan banyak hal. Mereka perlu melakukan feasibility study terlebih dulu sebelum merealisasikan ide atau gagasan yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Feasibility study atau studi kelayakan merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan dari sebuah proyek. Ini merupakan bagian dari tahap desain utama selama masa perencanaan bisnis sehingga biasanya dilakukan di masa-masa awal proyek.
Dijelaskan dalam laman Investopedia, hasil analisis feasibility study digunakan sebagai tolok ukur menentukan kemungkinan keberhasilan proyek tersebut.
Lebih spesifik, hasil analisis dari studi kelayakan ini digunakan untuk menilai kekuatan dan kelemahan suatu proyek, termasuk memastikan apakah proyek itu layak secara hukum dan teknis serta dapat dibenarkan secara ekonomi atau tidak.
Feasibility study juga dirancang untuk mengidentifikasi apa saja potensi masalah yang mungkin muncul saat menjalankan proyek. Dengan demikian, perusahaan dapat menyusun strategi terbaik untuk menghadapi masalah tersebut.
ADVERTISEMENT

Jenis-Jenis Feasibility Study

Ilustrasi feasibility study dalam bisnis. Foto: Pixabay
Dirangkum dari laman Simplilearn, ada lima jenis feasibility study yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Technical Feasibility

Penilaian ini berfokus pada sumber daya teknis yang tersedia untuk perusahaan. Jenis feasibility study ini membantu perusahaan menentukan apakah sumber daya teknis memenuhi kapasitas dan apakah tim teknis mampu mengubah ide menjadi sistem kerja.

2. Economic Feasibility

Economic feasibility biasanya melibatkan analisis biaya atau manfaat proyek guna membantu perusahaan menentukan kelayakan dari proyek sebelum sumber daya keuangan dialokasikan.
Jenis analisis ini juga berfungsi sebagai penilaian proyek independen dan meningkatkan kredibilitas proyek. Tujuannya untuk membantu perusahaan mengambil keputusan dalam menentukan manfaat terkait ekonomi yang akan dihasilkan dari proyek tersebut.
Penilaian ini menyelidiki apakah ada aspek dari proyek yang bertentangan dengan persyaratan hukum, seperti undang-undang zonasi, undang-undang perlindungan data, atau undang-undang media sosial.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, sebuah perusahaan ingin membangun gedung kantor baru di lokasi tertentu. Dengan melakukan legal feasibility, perusahaan dapat menentukan lokasi yang ideal untuk membangun gedung tersebut, sehingga tidak banyak waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia dalam prosesnya.

4. Operational Feasibility

Operational feasibility dilakukan untuk menganalisis dan menentukan apakah kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi dengan menyelesaikan proyek. Studi kelayakan ini juga memeriksa apakah rencana proyek memenuhi persyaratan yang diidentifikasi dalam fase analisis persyaratan pengembangan sistem.

5. Scheduling Feasibility

Ini merupakan penilaian yang paling penting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek. Dalam scheduling feasibility, sebuah perusahaan akan memperkirakan berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

Contoh Feasibility Study

Ilustrasi feasibility study. Foto: Pixabay
Mengutip laman Market Business News, contoh feasibility study dapat dilihat dari penerapannya di berbagai bidang, termasuk kesehatan. Misalnya, sebuah rumah sakit yang berencana memperluas gedungnya melakukan feasibility study untuk menentukan apakah proyek tersebut harus dilanjutkan.
ADVERTISEMENT
Pihak-pihak yang melakukan analisis akan memperhitungkan biaya tenaga kerja dan material. Mereka juga akan mempertimbangkan seberapa mengganggu proyek tersebut bagi staf rumah sakit dan pasien.
Selain itu, studi kelayakan ini juga harus memperhatikan opini publik mengenai proyek pengembangan gedung rumah sakit tersebut. Mereka harus memastikan apakah masyarakat setempat mendukung atau justru menentang proyek itu.
Opini dari pemangku kepentingan rumah sakit, seperti dokter, perawat, dan staf lainnya pun mesti diperhatikan. Sebab, merekalah yang akan merasakan dampak dari proyek tersebut.
(ADS)