Konten dari Pengguna

Pengertian Khatamul Anbiya Menurut Para Ulama Tafsir

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
28 Maret 2023 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Khatamul anbiya artinya, foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Khatamul anbiya artinya, foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya Nabi yang digelari Khatamul Anbiya. Khatamul anbiya artinya nabi penutup dan tidak ada nabi lagi yang akan diutus oleh Allah setelahnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Agama Islam karya Mardani, secara teologis, Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad merupakan agama penutup dari semua agama yang telah dibawa para Nabi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3.
"...pada hari itu Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu..." (Qs. Al-Maidah: 3)
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menyempurnakan agama Islam. Sehingga, Allah tidak perlu mengutus seorang Nabi baru untuk melengkapi ajaran Islam. Ayat ini juga secara tidak langsung menegaskan bahwa Rasulullah adalah Khatamul Anbiya.

Makna Khatamul Anbiya

Khatamul anbiya artinya, foto: Unsplash
Mengutip laman Dawat-e-Islami, khatamul anbiya artinya Nabi terakhir dan tidak ada Nabi yang diutus setelahnya. Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai khatamul anbiya merupakan pembuktian keimanan seorang Muslim.
ADVERTISEMENT
Menurut para ulama, mengingkari Nabi Muhammad sebagai Khatamul Anbiya sama saja mengingkari ketentuan Allah. Sebab, pemberian gelar Khatamul Anbiya pada Nabi Muhammad disampaikan secara jelas oleh Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 40.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. Al-Ahzab: 40)
Para ahli tafsir juga sependapat dalam menjelaskan makna dari surat Al-Ahzab ayat 40. Mereka bersepakat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi dan Islam merupakan agama penutup dari agama-agama sebelumnya.

Khatamul Anbiya Menurut Para Ahli Tafsir

Untuk lebih memahami pengertian dari khatamul anbiya, berikut akan dijabarkan pendapat dari para ahli tafsir mengenai makna dari khatamul Anbiya yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 40.
ADVERTISEMENT

1. Pendapat Abu Mansur Al-Maturidi dalam Kitab Ta'wilat Ahl-us-Sunnah

Barangsiapa yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, maka ia tidak boleh dimintai bukti atau argumentasi apa pun. Sebaliknya, dia akan ditolak karena Nabi Muhammad SAW adalah khatamul anbiya.

2. Pendapat Abul-Faraj Abdurrahman bin Ali Al-Jauzi dalam Kitab Zadul-Masir

Arti khatamul anbiya خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ adalah akhirul nabiyin آخِرُالنّبیین atau Nabi terakhir. Sayyidina Ibnu Abbas ra pernah berkata: "Yang dimaksud dengan hal ini adalah seandainya Allah SWT tidak memutus rantai kenabian melalui Nabi Muhammad SAW, maka putra Nabi Muhammad SAW akan tetap hidup dan menjadi Nabi setelahnya."

3. Pendapat Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Qurthubi dalam Kitab Tafsir Qurtubi

Khatamul anbiya adalah kalimat yang dapat langsung dipahami secara jelas. Sehingga, apabila ada orang yang menyanggah kalimat tersebut, maka mereka telah ingkar dari keyakinan terhadap Islam.

4. Pendapat Sayyidina 'Ala-ud-Deen Ali bin Muhammad Al-Khaazin dalam Kitab Tafsir Khazin

Sayyidina Abdullah bin Abbas ra pernah berkata: "Karena Allah SWT mengetahui bahwa tidak ada nabi setelah Nabi SAW, Dia tidak memberikan keturunan laki-laki kepada Nabi Muhammad SAW. Kedatangan Nabi Isa ke dunia menjelang akhir zaman bukan sebagai Nabi baru.
ADVERTISEMENT
Itu karena Nabi Isa As telah diutus oleh Allah sebelum Nabi Muhammad SAW. Selain itu, saat diturunkan ke dunia, Nabi Isa akan mengikuti hukum dalam kitab suci Alquran dan shalat menghadap kiblat."

5. Pendapat Ibrahim bin Umar Al-Biqa'i dalam Kitab Tafsir Nazhm-al-Durar

Kerasulan Nabi Muhammad SAW mencakup seluruh dunia dan tidak akan ada yang mampu meniru Alquran. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi Allah untuk mengutus Nabi baru.
Alasan kedua, Nabi Muhammad SAW tidak memiliki keturunan laki-laki. Jika Allah akan menurunkan Nabi baru ke dunia, maka Nabi baru tersebut harus memiliki nasab pada Nabi Muhammad SAW secara langsung.
(PHR)