Konten dari Pengguna

Pengertian Manaqiban, Kegiatan yang Dilakukan, dan Tujuannnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
10 Desember 2021 16:30 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Salah satu acara keagamaan yang menjadi tradisi sebagian masyarakat Islam di Indonesia adalah manaqiban. Secara bahasa, manaqiban berasal dari kata manaqib yang berarti riwayat hidup orang-orang besar.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Tasawuf oleh Muhammad Basyrul Muvid, manaqiban adalah sebuah peringatan untuk mengenang wafatnya seorang wali legendaris, yakni Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Beliau wafat pada 11 Rabiul Awal, sehingga acara ini biasa diperingati setiap tanggal 11 pada bulan Islam lainnya.

Kegiatan dalam Acara Manaqiban

Menukil laman Pemerintah Kabupaten Pati, kegiatan manaqiban secara kebudayaan hanya dianjurkan untuk para laki-laki, baik anak-anak, pemuda, dewasa, maupun orang tua. Tidak satu pun perempuan yang terlibat di acara ini.
Biasanya, acara ini diisi dengan membacakan manaqib Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Menghimpun situs NU Online, ada dua manaqib yang umum dibaca masyarakat, pertama adalah manaqib An-Nur Al-Burhani. Kedua adalah kitab manaqib Jawahir Al-Ma‘ani yang ditulis oleh KH Jauhari Umar dari Pasuruan.
Illustrasi Membaca Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
Pembaca kitab dalam acara manaqib ini hanya dilakukan oleh seorang kiai. Sementara para jemaah dengan khidmat mendengarkan dan secara aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Asmaul Husna.
ADVERTISEMENT
Hal yang dibaca dalam kitab manaqib tersebut meliputi silsilah nasab Syaikh Abdul Qadir al Jailani, sejarah hidupnya, akhlaq dan karomah-karomahnya. Disamping itu, tercantum juga doa bersajak (nadhom) yang bermuatan pujian-pujian dan tawassul kepada Allah SWT melalui perantara Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Tujuan Manaqiban

Dijelaskan dalam buku Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah: Studi Etnografi Tarekat Sufi Di Indonesia oleh Emawati, Syukran Makmun dan Gunawan Anjar Sukmana, manaqiban ini bertujuan untuk mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah SWT dengan cara memahami kebaikan para wali yang dicintai-Nya. Sebagaimana ditulis dalam Alquran:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
ADVERTISEMENT
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. Al Maidah: 54).
Illustrasi Membaca Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
Selain itu, tujuan lain dari manaqiban seperti yang dikutip dari laman Desa Ngareanak Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, yaitu:
ADVERTISEMENT