Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pengertian, Materi Dasar, dan Contoh Nahwu Shorof
25 Maret 2022 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nahwu dan shorof menjadi langkah awal bagi mereka yang hendak mempelajari bahasa Arab lebih dalam. Sebab, nahwu dan shorof adalah dua ilmu dasar yang dibutuhkan dalam tata bahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Sebagian ulama mengatakan, “Ilmu shorof induk segala ilmu, dan ilmu nahwu bapaknya.” Dengan kata lain, kedua ilmu tersebut saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Muhammad Zulifan dalam buku Bahasa Arab untuk Semua: Metode Praktis Memahami Bahasa Arab dan Al-Quran menjelaskan, nahwu adalah ilmu yang membahas perubahan yang terjadi antarkata dalam sebuah kalimat bahasa Arab.
Fungsinya untuk mengidentifikasi hukum akhir dari suatu kata, apakah berharakat dhommah, fathah, atau kasrah. Misalnya, kata zaid yang bisa dibaca zaidun, zaidan, ataupun zaidin.
Sedangkan, shorof adalah bagian dari ilmu nahwu. Namun, berbeda dengan nahwu, shorof lebih fokus pada pembentukan kata dan perubahannya, baik karena penambahan atau pengurangan. Dalam praktiknya, ilmu shorof juga dikenal dengan ilmu tashrif.
ADVERTISEMENT
Untuk lebih jelasnya, simak materi dasar beserta contoh nahwu shorof selengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Materi dan Contoh Nahwu Shorof
Mengutip buku Mudah Belajar Bahasa Arab untuk Pemula tulisan Efranjy Agratama, ada tiga jenis kata dalam bahasa Arab yang tercakup dalam ilmu nahwu dan shorof, yaitu isim, fi’il, dan harfun.
1. Isim (kata benda)
Pengertian isim kebanyakan merujuk pada kata benda, sifat, atau orang. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, isim dibagi menjadi dua macam, yakni isim mudzakkar dan isim muannats.
Isim mudzakkar adalah isim yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, isim muannats adalah isim yang berjenis kelamin perempuan.
Contoh isim mudzakkar:
Contoh isim muannats:
ADVERTISEMENT
Jika diperhatikan, pada akhir lafadz kata berjenis kelamin perempuan diakhiri dengan huruf ta marbutah (ة), sedangkan isim nmudzakar bisa berakhiran apa saja.
Selain isim berdasarkan jenis kelamin, ada pula isim berdasarkan jumlahnya. Isim berdasarkan jumlahnya dibagi menjadi lima macam, yaitu isim mufrad, isim tasmiyah, isim jama’ muzakkar salim, isim jama’ muannas salim, dan isim jama’ taksir.
2. Fi’il (kata kerja)
Kelompok fi’il dibagi lagi menjadi fi’il madhi (kata kerja masa lalu), fi’il mudhari (kata kerja masa sekarang atau masa depan), fi’il ‘amr (kata perintah), fi’il nahi (kata kerja melarang).
Contoh:
Asal kalimatnya adalah fi'il Madhi menjadi: ضَرَب (Dharaba), artinya 'telah memukul'.
Diubah ke fi’il Mudhari’ menjadi: يَضْرِبُ (Yadhribu), artinya 'akan memukul'.
ADVERTISEMENT
Diubah menjadi contoh lain, misalnya Masdar: ضَرْبٌ (Dharbun) artinya 'pukulan'.
3. Harfun (huruf)
Harfun adalah kelompok atau jenis kata yang tidak termasuk isim dan fi’il. Fungsinya sebagai kata depan, kata sambung, atau kata tambahan. Ciri utama harfun adalah tidak dapat dipahami jika tidak berdiri sendiri dan biasanya hanya terdiri dari beberapa huruf hijaiyah.
Contoh: أَنْ , قَدْ , فِي
(ADS)