Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Maulid Nabi Muhammad SAW Beserta Sejarah dan Tradisi Perayaannya
13 September 2021 18:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Maulid Nabi Muhammad: Antara Sunah dan Bid'ah oleh Muhammad Ajib, Lc., MA., peringatan Maulid Nabi dalam Islam termasuk ke dalam masalah fu’uriyah. Maksudnya, hukum dari hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama ahlus sunah wal jamaah. Sebagian ulama membolehkan perayaannya, namun sebagian lain melarangnya.
Tanpa memperhatikan hukumnya, perayaan ini sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Setidaknya, ada tiga teori tentang asal mula perayaan Maulid Nabi. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang sejarah Maulid Nabi lengkap dengan tradisi perayaannya.
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Seperti disebutkan di awal, setidaknya ada tiga teori tentang perayaan Maulid Nabi yang tercatat dalam sejarah Islam. Pertama, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid atau Fathimi di Mesir yang menganut paham Syiah Ismailiyah.
Mereka berkuasa di Mesir pada tahun 362-567 Hijriyah atau sekitar abad ke-4 sampai 6 Hijriyah. Dinasti ini mulai merayakan Maulid Nabi di era kepemimpinan Abu Tamim yang bergelar Al-Mu'iz li Dinillah.
ADVERTISEMENT
Perayaan ini dilaksanakan oleh Dinasti Ubaid hanya sebagai bentuk seremoni saja. Mereka juga mengadakan perayaan hari Asyura, perayaan Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fathimah, dan lainnya.
Teori kedua adalah perayaan Maulid Nabi pertama kali dilakukan di kalangan ahlus sunnah wal jamaah. Perayaan ini pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, Gubernur Irbil di wilayah Irak. Ia hidup pada tahun 549-630 H.
Mengutip buku Pro dan Kontra Maulid Nabi oleh AM. Waskito, saat perayaan Maulid diadakan, Muzhaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Beliau menjamu mereka dengan hidangan makanan, memberikan hadiah, bersedekah kepada fakir miskin, dan lainnya. Tradisi ini kemudian melekat dalam masyarakat dan digunakan sebagai adat istiadat perayaan Maulid secara turun menurun.
ADVERTISEMENT
Teori ketiga yaitu perayaan Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (567-622 H), penguasa Dinasti Ayyub di bawah kekuasaan Daulah Abbassiyah. Tujuan perayaan ini adalah meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Salib melawan kaum Salibis dari Eropa.
Di antara ketiga teori tersebut, Imam Jalaluddin As-Suyuthi lebih condong pada teori kedua. Perlu diketahui bahwa beliau merupakan imam ahli hadits dan sejarah yang paling giat mendukung perayaan Maulid. Ia berkata:
"Orang yang pertama kali merintis peringatan Maulid ini adalah penguasa Irbil, Malik Al-Muzhaffar Abu Sa'id Kukabri bin Zainuddin bin Baktatin, salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan. Beliau memiliki peninggalan dan jasa-jasa yang baik, dan dialah yang membangun masjid Al-Jami' Al-Muzhaffari di lereng gunung Qasiyun."
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan tersebut, bisa disimpulkan tradisi peringatan Maulid Nabi memang sudah ada sejak zaman dulu. Ada sebagian ulama yang mengharamkannya, namun tidak sedikit pula yang membolehkannya.
Sikap umat Muslim dalam menghadapi masalah ini bergantung pada keputusannya masing-masing. Ini bisa disesuaikan dengan mazhab yang dianutnya serta pendapat para ulama yang diyakininya.
Adapun mengenai tradisinya, perayaan Maulid Nabi biasanya diisi dengan amalan-amalan ibadah yang bersifat mutlak. Mengutip buku Pro Kontra Maulid Nabi: Mencari Titik Kesepahaman oleh Isnan Ansory, Lc. MA., amalan tersebut di antaranya melakukan pengkajian tentang sirah Rasulullah, membaca Alquran, bershodaqoh, dan lainnya.
Pengkajian sirah Rasulullah sendiri bisa dilakukan dengan membaca syair-syair yang tertulis dalam kitab Maulid seperti al-Barzanzi, Simtu ad-Duror, ad-Diba', dan Maulid Syaraf al-Anam. Ibadah-ibadah ini memiliki tujuan utama menampakkan kegembiran atas kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
(MSD)