Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pengertian Rasul Sebagai Uswatun Hasanah, Ada Pada Rasulullah dan Nabi Ibrahim
24 Agustus 2021 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tak akan ada mahluk yang mampu menyamai kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Berbagai riwayat telah menggambarkan keagungan, kesabaran, serta keteladanan beliau dalam menjalankan tugas Allah sebagai utusan-Nya.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, keteladanan berasal dari kata teladan yang bermakna sesuatu yang patut ditiru atau baik dicontoh. Dalam Alquran, kata teladan diganti dengan kata uswah, ditambah dengan kata hasanah di belakangnya yang bermakna baik. Maka, dapat diartikan bahwa uswatun hasanah adalah teladan yang baik.
Mengutip buku Pendidikan Karakter Anak Pra Akil Balig Berbasis Alquran oleh Prof. Dr. Darwis Hude, kata uswatun hasanah banyak disebutkan dalam Alquran, di antaranya surat Al-Ahzab ayat 21, Al-Mumtahanah ayat 4, dan An-Nisa Ayat 48. Ayat-ayat tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan umat manusia.
Artinya, Allah menjadikan para rasul sebagai uswatun hasanah. Apa maksudnya? Agar lebih memahaminya, simak penjelasan berikut.
Arti Uswatun Hasanah Pada Rasul
Pengertian rasul sebagai uswatun hasanah dapat dimaknai sebagai keputusan Allah untuk menjadikan rasul-Nya sebagai suri tauladan bagi umat manusia. Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim sebagai rasul Allah memiliki akhlak yang begitu mulia.
ADVERTISEMENT
Yoli Hemdi dalam bukunya yang berjudul Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW, menyebutkan bahwa tidak ada yang berhak menuduh Rasulullah melakukan sesuatu kekejian.
Sebab Allah telah memberikan jaminan atas kualitas budi pekerti Rasulullah sebagai teladan yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. “
Sebagai seorang suami, Rasulullah telah memberi contoh untuk selalu bertindak bijaksana, pemaaf, lapang dada, dan pengampun kepada istrinya. Rasulullah juga mendidik istri dan anaknya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Betapa lengkapnya perilaku yang diajarkan Rasulullah, sehingga tidak mengatur sistem ibadah hubungan makhluk dengan Sang Khaliq saja. Rasulullah juga melengkapi dan memperbaharui sistem aturan berumah tangga dan bermasyarakat secara umum.
ADVERTISEMENT
Rumah tangga adalah dasar dari kehidupan masyarakat dan bangsa. Jika keutuhan rumah tangga runtuh, maka rusaklah kehidupan bermasyarakat, dan akhirnya berdampak pada keutuhan serta kesatuan bangsa dan negara.
Sementara Nabi Ibrahim datang dengan menyerahkan diri, jiwa, dan raganya hanya kepada Allah. Beliau bersedia melaksanakan apa saja yang diperintahkan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
Nabi Ibrahim menolak segala sesembahan selain Allah SWT dan mencegah segala bentuk kemusyrikan yang ada di sekitarnya. Nabi Ibrahim juga sabar dalam menunaikan amal ibadah.
Karena sifat inilah, beliau bisa melaksanakan ujian berat berupa ritual penyembelihan anaknya sendiri. Teladan yang dicontohkan Rasulullah dan Nabi Ibrahim inilah yang seharusnya melekat pada diri setiap Mukmin.
(MSD)