Konten dari Pengguna

Pengertian Serta Contoh Bacaan Saktah di Dalam Alquran

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 September 2021 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alquran. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Alquran. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Salah satu bacaan gharib dalam Alquran menurut Qira’ah Imam Ashim dalam Riwayat Hafsh adalah bacaan saktah. Tanda bacaan saktah biasanya diletakkan di atas huruf dengan tanda baca seperti (سكتة) dan (س).
ADVERTISEMENT
Menurut ilmu tajwid, sakta adalah memutus satu kalimat dari kalimat setelahnya dengan kadar dua harakat atau satu alif tanpa mengambil napas. Sedangkan secara bahasa, sakta berarti mencegah.
Berdasarkan dari kitab An-Nasyr fi al-Qira’at al-Asyr oleh Muhammad Ibnu Jazari, Ibnu Sa’dan berpendapat bahwa bacaan saktah baru bisa digunakan secara mutlak ketika kata pada akhir ayat telah menjadi washol. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa kalimat tersebut berada di akhir ayat.
Berikut ini beberapa contoh bacaan saktah dalam Alquran yang dikutip dari Riwayat Hafs oleh Qira’ah Imam Ashim.

Contoh Bacaan Saktah

Alquran. Foto: Pixabay
Terdapat empat tempat bacaan saktah di dalam Alquran, yaitu:
1. Surat Al-Kahfi ayat 1-2
Pada kata (عِوَجًا) di akhir ayat 1 surat Al-Kahfi, apabila hendak melanjutkan ke ayat 2, maka harus diberlakukan bacaan saktah. Karena pada kata (عِوَجًا) tidak diterapkan ikhfa’ melainkan mad iwadh seperti ketika waqof. Apabila tanda waqof ada di akhir ayat 1, maka tidak berlaku hukum saktah. Hukumnya berlaku ketika disambung dari ayat 1 ke ayat 2.
ADVERTISEMENT
Adanya saktah pada akhir ayat 1 agar tidak ada pembiasan makna karena khawatir kata (قَيِّمًا) dianggap sebagai shifat atau naat untuk kata (عِوَجًا). Kata (قَيِّمًا) artinya lurus, sedangkan (عِوَجًا) artinya kebengkokan.
Berikut ini bacaan surat Al-Kahfi ayat 1-2.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا س(١) قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (٢)
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya (1). Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (2)."
ADVERTISEMENT
2. Surat Yasin ayat 52
Bacaan saktah akan muncul apabila pada kata (مَرْقَدِنَا) langsung dilanjutkan ke (هَذَا). Tujuan adanya saktah pada ayat ini adalah untuk menjelaskan perkataan orang-orang kafir yang berhenti di kata (مَرْقَدِنَا) dan dilanjutkan dengan perkataan malaikat yang dimulai dari kata (هَذَا). Sehingga, kata (هَذَا) bukan sifat dari kata (مَرْقَدِنَا), melainkan jadi mubtada’.
Ada dua pilihan mengenai cara membaca ayat ini, yaitu waqof dan washol. Jika menggunakan waqof, maka berhenti di kata (مَرْقَدِنَا) dan ibtida’ dari kata (هَذَا). Apabila diwasholkan, maka diberlakukan hukum saktah.
Berikut ini bacaan surat Yasin ayat 52.
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا س هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (٥٢)
Artinya: "Mereka berkata: ‘Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami dari tempat tidur Kami (kubur)?’ Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul-Nya."
Alquran. Foto: Pixabay
3. Surat Al Qiyamah ayat 27
ADVERTISEMENT
Pada ayat ini harus diterapkan bacaan saktah karena tidak diperbolehkan waqof pada kata (مَنْ) dan ibtida’ dari (رَاقٍ). Jadi, ayat ini harus dibaca washol dengan menerapkan hukum saktah.
Saktah pada ayat ini adalah untuk menjaga izhhar-nya nun mati. Apabila nun mati diidghomkan ke huruf ro’, maka dikhawatirkan akan dianggap menjadi kata (مَرَّاق) yang sesuai dengan wazan (فَعَّالٌ).
Surat Al Qiyamah ayat 27 yang disaktahkan yaitu pada kata (مَنْ). Ini bacaan ayatnya:
وَقِيلَ مَنْ س رَاقٍ
Artinya: “Dan dikatakan (kepadanya), ‘Siapa yang dapat menyembuhkan?’
4. Surat Al Mutaffifin ayat 14
Saktah pada surat Al Mutaffifin ayat 14 adalah pada kata (بَلْ). Berikut bacaan ayat:
كَلا بَلْ س رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ
ADVERTISEMENT
Artinya: “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
Ketika membaca surat Al-Muthoffifin ayat 14, maka harus diterapkan hukum saktah pada kata (بَلْ). Hal ini sama seperti saktah pada surat Al Qiyamah agar tidak terjadi kesalahan makna.
Apabila tidak ada saktah, maka Lam di-Idghomkan ke Ro karena termasuk idghom mutaqoribain. Orang yang tidak tahu tulisannya akan mengira (بَلْ) dan (رَانَ) adalah satu kata menjadi (بَرَّانَ).