Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Sinkronik, Ciri-Ciri, dan Contohnya dalam Ilmu Sejarah
3 Oktober 2021 12:26 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 15 Februari 2023 18:13 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sinkronik merupakan cara berpikir tentang peristiwa sejarah pada masa atau waktu tertentu di masa lampau. Dalam praktiknya, ada berbagai contoh sinkronik untuk mengkaji suatu peristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, metode sinkronik ini selalu digunakan terhadap ilmu-ilmu sosial. Untuk memahami lebih jelas, berikut pembahasan tentang konsep berpikir sinkronik lengkap dengan ciri-ciri dan contohnya.
Pengertian Sinkronik
Konsep berpikir sinkronik dikenal dalam bidang kajian sejarah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa.
Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Lengkapnya, konsep sinkronik mempelajari pola-pola, gejala, serta karakter dari suatu peristiwa sejarah pada masa tertentu.
Sebagai contoh, pendekatan sinkronik dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi pada keadaan tertentu, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Konsep Berpikir Sinkronik dan Cirinya
Secara sederhana, konsep berpikir sinkronik dapat dilakukan dengan memperluas ruang berpikir dan mempersempit waktu terjadinya. Dalam pola pikir sinkronik, peristiwa sejarah dipelajari dalam sudut pandang dan ruangan yang sama.
Pendekatan sinkronik ini mempelajari aspek pada kurun waktu terbatas yang memiliki sifat horizontal dan tidak memiliki konsep perbandingan.
Mengutip buku Teori Linguistik: Beberapa Aliran Linguistik (2018) oleh Markhamah, dkk., konsep berpikir sinkronik memiliki ciri khusus yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Contoh Konsep Berpikir Sinkronik
Mengutip buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X, berikut berbagai contoh konsep berpikir sinkronik dalam sejarah Indonesia:
1. Keadaan Ekonomi di Indonesia pada 1998
Keadaan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 sangatlah terpuruk. Terjadi kerusuhan di mana-mana, bahkan Presiden Soeharto sampai mengundurkan diri.
Terdapat banyak utang perusahaan dan negara yang jatuh tempo pada tahun 1998 yang membuat banyak perusahaan gulung tikar. Akibatnya, angka pengangguran meningkat pesat.
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat hingga Rp15.000,00 per Dollar Amerika Serikat membuat harga-harga barang meningkat pesat.
Hal tersebut mengakibatkan inflasi menjadi semakin tidak terkendali. Pendapatan per kapita Indonesia juga menurun drastis dari 1.155 US$/kapita pada tahun 1996 menjadi 610 US$/kapita pada tahun 1998.
ADVERTISEMENT
2. Suasana pada saat Tragedi G3OS/PKI
Tragedi G30S/PKI terjadi pada tanggal 1 Oktober. Pada saat itu, terjadi penculikan dan pembunuhan 7 jenderal tentara dan beberapa orang lainnya.
Soeharto pada saat itu diperintah untuk mengambil alih tentara dan menyelamatkan Soekarno. Kemudian Soekarno berhasil menuju istana presiden di Bogor.
Soeharto bersama pasukan yang ia pimpin berhasil mengambil kontrol semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh pelaku G30S/PKI.
3. Pembangunan pada Era Orde Baru
Orde Baru adalah masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan Indonesia pada masa Orde Baru sangat pesat. Namun, angka korupsi juga meningkat.
Dalam perkembangannya, Soeharto membuat program pembangunan jangka pendek yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Repelita I berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun, meningkatkan pendapatan per kapita, dan menurunkan laju inflasi.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, padahal pada tahun 1970-an Indonesia adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun, pada masa ini terjadi kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah.