Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Pengertian Zina Mata dan Hati yang Wajib Dihindari Umat Muslim
28 September 2021 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Zina Al-Laman sangat berbahaya karena mereka yang melakukannya tak harus bersetubuh dengan lawan jenis. Zina hati dan zina mata misalnya, perbuatan kedua tersebut dapat dilakukan di manapun dan kapanpun tanpa ada kontak fisik. Maka dari itu, umat Muslim harus menahan diri dari hawa nafsu sekuat mungkin.
Seorang Muslim juga harus memahami konsekuensi yang didapat ketika melakukan zina mata dan zina hati. Untuk meningkatkan pemahaman tersebut, berikut pengertian zina mata dan zina hati.
Pengertian Zina Mata
Mengutip dari buku Jangan Dekati Zina oleh Ibnul al-Jauziyyah, dijelaskan bahwa, mata adalah pintu dari segala perbuatan maksiat. Pandangan mata memiliki kemampuan untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu. Jadi, bila yang dipandang jelek, maka akan dianggap sebagai dorongan syahwat.
ADVERTISEMENT
Dari pandangan mata dapat timbul perasaan yang akan memengaruhi pikiran. Setelah itu dilanjutkan dengan keinginan yang berujung pada perbuatan. Jika pandangan mata tidak dapat dikontrol, perbuatan tidak baik akan berulang sampai terakumulasi menjadi penyakit.
Maka dari itu Allah SWT mengingatkan umat-Nya bahwa Dia mengetahui siapa yang pandangannya tidak dijaga. Sebagaimana tercantum dalam surat Al Mu’Min ayat 19 yang artinya: “Dia Maha Mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan oleh hati,” (QS Al Mu’min: 19).
Pengertian Zina Hati
Dalam buku Terapi Hati oleh Amru Khalid, dijelaskan bahwa, hati sama seperti pandangan. Bayangan yang terlintas dalam hati dan pikiran bisa menjadi sumber kebaikan maupun kejahatan.
Oleh karena itu, mereka yang bisa menguasai hati dan pikiran akan bebas dari hawa nafsu. Begitu juga sebaliknya, orang yang tak bisa mendominasi pikiran akan terjerumus ke dalam jurang maksiat.
ADVERTISEMENT
Fantasi yang bersifat negatif akan menimbulkan kecemasan, kemalasan, kelemahan, dan penyesalan. Ketika itu terjadi, berarti hakikat jasmaninya sudah hilang.
Khayalan yang negatif dapat dicegah hanya dengan kemuliaan, kecerdasan, kesucian dan keimanan. Dengan begitu, gambaran yang terlintas dalam pikiran akan jauh lebih positif.
(ADB)