Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penyebab Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia
12 Mei 2022 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kerusuhan ini menyebabkan banyak toko dan perusahaan diamuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Wilayah yang terkena dampak kerusuhan Mei 1998 terparah adalah Jakarta, Medan, dan Surakarta.
Kerusuhan Mei 1998 menjadi bukti bahwa pelanggaran HAM di Indonesia masih begitu marah pada masa itu. Lantas, apa sebenarnya penyebab kerusuhan Mei 1998?
Penyebab Kerusuhan Mei 1998
Latar belakang terjadinya kerusuhan Mei 1998 tak lepas dari hubungan masyarakat etnis Tionghoa dan Indonesia yang tidak baik pada masa awal sistem pemerintahan orde baru.
Mengutip jurnal Dampak Kerusuhan Mei 1998 terhadap Perekonomian Masyarakat Etnis Tionghoa di Surakarta tulisan Azi Santoso, sikap diskriminatif terhadap masyarakat Tionghoa mulai timbul kala itu.
Hal-hal yang berbau Tionghoa mendapat larangan keras. Sejumlah instruksi presiden dan surat edaran dari pemerintah bahkan membuat masyarakat Tionghoa kian terdesak dan terpinggirkan. Bisa dikatakan, tragedi Mei 1998 adalah puncak fase penderitaan etnis Tionghoa di Indonesia.
Penyebab kerusuhan Mei 1998 juga diawali oleh krisis finansial Asia pada tahun 1997. Krisis ini dimulai dengan didevaluasinya mata uang Thailand, Baht. Dampaknya, nilai rupiah yang berada pada kisaran Rp2.600 pada periode tersebut mencapai Rp14.900. Setelah krisis moneter itulah berbagai masalah mulai muncul.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Dinamika Konflik Kerusuhan Mei 1998 di Kota Surakarta Melalui Perspektif Korban karya Lydiana Salim dan Akhmad Ramdhon, harga kebutuhan pokok menjadi tinggi, pengangguran bertambah, hingga angka putus sekolah menjadi wujud dampaknya.
Di sisi lain, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto semakin merosot. Ekonomi yang mulai goyah ditambah tuntutan masyarakat membuat situasi semakin tidak kondusif.
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Aksi ini berujung pada Tragedi Trisakti yang turut memicu terjadinya kerusuhan Mei 1998.
Tragedi Trisakti 1998
Kerusuhan Mei 1998 semakin memanas setelah empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak oknum aparat di dalam kampus pada 12 Mei 1998.
Merangkum situs Komnas HAM, peristiwa itu bermula dari protes yang dimulai pada pukul 10 siang. Lebih dari enam ribu mahasiswa, staf, dan dosen berkumpul di lapangan parkir Universitas Trisakti untuk berangkat menuju gedung DPR/MPR.
ADVERTISEMENT
Namun sebelum tiba, aksi mereka dihambat oleh blokade dari pihak kepolisian. Para demonstran pun berhasil dibujuk untuk kembali ke area kampus Trisakti.
Sekitar pukul 17.15, hampir seluruh mahasiswa telah bergerak mundur. Namun, kesempatan ini justru dimanfaatkan oknum polisi dan tentara untuk mencemooh mereka, diikuti dengan rentetan tembakan yang menyebabkan para demonstran tercerai berai.
Penembakan baru berhenti pada pukul 8 malam. Malang, nyawa empat mahasiswa Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto, dan Hafidin Royan, tidak terselamatkan.
Kerusuhan terus berlangsung sepanjang siang dan malam hingga tanggal 15 Mei 1998. Kerusuhan besar-besaran ini mengakibatkan ribuan gedung, toko, serta rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak dan dibakar massa.
Kerusuhan Mei 1998 juga menyebabkan lebih dari seribu orang meninggal, ratusan orang luka-luka, penculikan terhadap beberapa orang, serta pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap puluhan perempuan yang mayoritas merupakan keturunan Tionghoa.
ADVERTISEMENT
(ADS)