Konten dari Pengguna

Peran Laksamana Malahayati dalam Melawan Penjajahan di Nusantara

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 April 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Laksamana Malahayati. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Laksamana Malahayati. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/Kumparan
ADVERTISEMENT
Keumalahayati atau yang juga dikenal sebagai Laksamana Malahayati merupakan tokoh pahlawan nasional perempuan dari Aceh. Peran Laksamana Malahayati sangat besar dalam melawan penjajahan di nusantara.
ADVERTISEMENT
Keumalahayati lahir pada 1 Januari 1550. Ia merupakan cicit dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Aceh pada 1530. Sedangkan ayah Keumalahayati, Laksamana Mahmud Syah, menjabat sebagai panglima perang Kesultanan Aceh yang sangat dihormati.
Dibesarkan dalam lingkungan militer membuat Keumalahayati tumbuh menjadi perempuan cerdas dan tangguh. Ia menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Rahasia dan Panglima Protokol Kesultanan Aceh di usia 35 tahun.
Tak hanya itu, Keumalahayati juga berjasa dalam mengusir penjajahan di tanah kelahirannya. Simak artikel ini sampai selesai untuk mengetahui peran Laksamana Malahayati dalam melawan kolonialisme di nusantara.

Peran Laksamana Malahayati dalam Melawan Penjajahan

Ilustrasi Lukisan Laksamana Malahayati. Foto: Kowani/Kumparan.
Peran Laksamana Malahayati yang paling besar dalam melawan penjajahan di Nusantara adalah membentuk Inong Bale. Mengutip buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI oleh dr Abdurakhman, Inong Bale adalah pasukan yang anggotanya terdiri dari para janda yang suaminya tewas dalam pertempuran melawan penjajah.
ADVERTISEMENT
Pasukan tersebut didirikan Malahayati agar dapat membalas dendam atas kematian suaminya, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief, yang tewas saat berperang melawan Portugis pada 1586. Sepeninggal suaminya, Keumalahayati diangkat sebagai laksamana oleh Sultan Riayat Syah.
Dikutip dari website Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, pertempuran besar Keumalahayati bersama Laskar Inong Bale terjadi pada 11 September 1599. Kala itu, ia diperintahkan untuk mengusir dua kapal dagang Belanda yang berlabuh di Aceh.
Namun, Belanda tetap memaksa masuk ke Aceh. Pertempuran di tengah laut pun tak terhindarkan. Laksamana Malahayati bersama 2000 pasukan Inong Bale berhasil menghancurkan kapal-kapal tersebut.
Pada pertempuran itu, Keumalahayati berhasil membunuh sang kapten, Cornelis de Houtman, dalam pertempuran satu lawan satu. Ia juga menangkap adik Cornelis de Houtman dan menjebloskannya ke penjara.
ADVERTISEMENT
Kisah penyerangan kapal Belanda di Aceh pun tersebar ke penjuru Eropa. Banyaknya korban jiwa dari pihak Belanda membuat Laksamana Malahayati diakui dan disegani oleh bangsa asing.
Selain andal dalam pertempuran, Laksamana Malahayati juga piawai dalam melakukan perundingan. Ia diutus sebagai negosiator saat pemerintah Belanda mengajukan pembebasan tawanan perang mereka yang ditahan pihak Kesultanan Aceh, termasuk Frederik de Houtman. Dalam perundingan itu, Laksamana Malahayati meminta Belanda membayar ganti rugi atas peperangan yang mereka timbulkan demi membebaskan prajurit yang dipenjara.
Keumalahayati meninggal dunia pada 1615 dan dimakamkan di Desa Lamreh, Krueng Raya. Berkat peran dan jasanya yang besar untuk Nusantara, Laksamana Malahayati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Indonesia, aksi heroik Keumalahayati juga diakui oleh dunia. Pada 22 November 2023, UNESCO mengumumkan bahwa hari lahir Keumalahayati ditetapkan sebagai hari perayaan internasional.
(GLW)