Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Falsafah Atau Makna Batik Parang dan Truntum
4 Mei 2020 8:55 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Secara etimologis, batik berasal dari Bahasa Jawa , yakni hamba dan titik, yang berarti menulis dalam titik. Dahulu, membatik yang dilakukan oleh putra putri keraton dipandang sebagai kegiatan penuh nilai kerohanian yang memerlukan pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa.
Oleh sebab itu, corak batik pun penuh dengan simbol yang memiliki falsafah atau makna tertentu. Umumnya terdapat dua motif batik yang dipakai keluarga kerajaan, yakni motif Parang dan motif Truntum.
Keduanya memiliki falsafah masing-masing. Berikut perbedaan maknanya:
Makna Motif Batik Parang
Motif batik parang mengandung sebuah pesan bahwa sebagai manusia, hendaknya tidak pernah menyerah dalam mengarungi kehidupan. Sebagaimana ombak di samudera yang tak pernah lelah untuk bergerak.
Bentuk motif batik parang yang saling berkesinambungan menggambarkan jalinan hidup yang tidak pernah putus, selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri. Memperjuangkan kesejahteraan, maupun dalam menjaga hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Garis diagonal memiliki falsafah bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara satu dengan yang lainnya.
Makna Motif Batik Truntum
Motif Batik Truntum memiliki falsafah ‘cinta yang tumbuh kembali’. Alasannya, dahulu permaisuri Sunan Pakubuwana III, Raden Kanjeng Ratu Kencana sedih atas keputusan sang sunan untuk memperistri selir agar mendapatkan keturunan.
Untuk mengusir kesedihannya, sang ratu mulai membatik dengan membuat motif batik bintang. Ia mempersembahkan batik truntum ini sebagai bentuk rasa sayang kepada sang raja. Akhirnya sang raja pun mengurungkan niatnya untuk memperistri selir.
Itulah sebabnya motif batik ini dianggap sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa subur berkembang. Karena maknanya ini, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orangtua pengantin pada hari penikahan.
ADVERTISEMENT
Orangtua akan menuntun mempelai hingga altar pernikahan menggunakan selembar kain batik truntum. Harapannya adalah agar cinta kasih akan menghinggapi kedua mempelai dan sebagai kewajiban orangtua untuk “menuntun” kedua mempelai memasuki kehidupan baru.
(ERA)