Konten dari Pengguna

Perbedaan Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi dalam Pendidikan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Juni 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrais guru. Foto: Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrais guru. Foto: Unsplash.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hukuman, konsekuensi, dan restitusi merupakan jenis-jenis pendekatan disiplin. Guru perlu memahami perbedaan hukuman, konsekuensi, dan restitusi agar dapat memberikan ganjaran yang tepat atas pelanggaran yang dilakukan peserta didik.
ADVERTISEMENT
Hukuman, konsekuensi, dan restitusi dalam dunia pendidikan diterapkan untuk mendisiplinkan siswa. Lantas, apa perbedaan hukuman, konsekuensi, dan restitusi?

Perbedaan Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi

Ilustrais guru. Foto: Pexels.
Kesalahan dalam penerapan hukuman, konsekuensi, dan restitusi masih kerap terjadi di sekolah. Tak sedikit guru yang keliru dalam mendisiplinankan siswa. Akibatnya, siswa tidak merasa jera atau bahkan justru menyebabkan trauma.
Dikutip dari laman Merdeka Mengajar, hukuman digunakan untuk menegakkan keadilan, sedangkan konsekuensi membantu siswa belajar dari tindakan mereka sendiri secara logis.
Adapun restitusi dilakukan untuk memperkuat nilai tanggung jawab serta pemulihan. Berikut penjelasan terkait perbedaan hukuman, konsekuensi dan restitusi secara lebih rinci.

1. Hukuman

Hukuman adalah suatu tindakan yang diberikan kepada seseorang atas pelanggaran yang dilakukan. Pendekatan hukuman berfokus pada sanksi negatif yang dapat menyakiti murid, bahkan dapat membuatnya trauma atau cedera, contohnya hukuman fisik.
ADVERTISEMENT
Hukuman bersifat satu arah dan kerap terjadi secara tiba-tiba atau tidak terencana. Dampak hukuman kepada siswa dapat berbeda-beda. Cara pendisiplinan tersebut dapat membuat siswa merasa rendah diri, malu, bahkan marah atau memberontak.

2. Konsekuensi

Konsekuensi adalah pertanggungjawaban yang dibebankan kepada seseorang atas pelanggaran dari aturan yang telah disepakati bersama. Mengutip Modul Disiplin Positif Guru Penggerak terbitan Kemdikbud, metode pendisiplinan konsekuensi sudah disepakati bersama dengan siswa dan diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur.
Dengan menerapkan metode pendisiplinan ini, siswa akan dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu tertentu. Contohnya, jika siswa tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berdiri di depan kelas.

3. Restitusi

Dalam dunia pendidikan, restitusi merupakan metode pendisiplinan yang paling baik. Restitusi dapat diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan siswa.
ADVERTISEMENT
Restitusi berfokus pada pemulihan dan tanggung jawab siswa dalam memperbaiki situasi. Dengan menerapkan metode ini, siswa dituntut untuk memperbaiki kesalahan mereka agar bisa kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih baik.
Metode pendisiplinan restitusi tidak menuntut siswa berperilaku baik untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, melainkan menjadi orang yang menghargai dirinya. Dalam restitusi, guru akan meminta siswa melakukan refleksi diri tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka.
Contoh restitusi adalah meminta siswa memperbaiki atau mengganti barang teman yang tidak sengaja atau sengaja dirusak. Selain memberikan keuntungan bagi korban, restitusi juga menguntungkan siswa yang berbuat karena akan membuat mereka lebih bertanggung jawab.
(GLW)