Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Perbedaan Kecapi dan Sasando sebagai Alat Musik Petik Tradisional
20 Oktober 2022 18:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di antara sekian banyak alat musik petik tradisional yang dimiliki setiap daerah nusantara, kecapi dan sasando termasuk yang paling populer di luar daerah asalnya. Kedua alat musik tersebut biasanya dimainkan di acara-acara adat sebagai pengiring lagu atau tarian.
ADVERTISEMENT
Kecapi berasal dari daerah Jawa Barat. Di sana, kecapi juga dikenal dengan nama kacaping, sementara pemainnya disebut pakkacaping. Tak hanya dimainkan di acara adat, kecapi juga kerap muncul dalam acara kenegaraan.
Sedangkan, sasando merupakan alat musik petik tradisional Rote, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat setempat menyebutnya sasandu yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi.
Selain berasal dari daerah yang berbeda, ada beberapa perbedaan kecapi dan sasando kainnya yang menjadi ciri khas masing-masing alat musik tersebut. Apa saja perbedaannya?
Perbedaan Kecapi dan Sasando
Bentuk
Mengutip buku Kearifan Lokal dan Kajian Etnis di Kalimantan Barat oleh Iwan Ramadhan dkk., menurut sejarah, kecapi diciptakan oleh seorang pelaut. Karena itu, bentuk kecapi menyerupai perahu yang memiliki dua dawai.
ADVERTISEMENT
Bagian permukaan kecapi dilengkapi dengan senar atau dawai, sementara bagian kepalanya diberi tempurung kelapa yang sudah dibentuk sedemikian rupa agar mengeluarkan bunyi yang lebih nyaring.
Berbeda dengan kecapi, bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu. Bagian tengah tabungnya diberi ganjalan melingkar dari atas sampai bawah yang disebut senda. Senda itulah yang memberikan nada berbeda pada setiap petikan dawai.
Tabung sasando sendiri berada dalam sebuah wadah dari anyaman daun lontar yang disebut haik. Dengan bentuk berlekuk menyerupai setengah lingkaran, haik berfungsi sebagai resonansi sasando.
Jumlah Dawai
Kecapi umumnya memiliki dawai sejumlah 15-20 tergantung jenisnya. Dijelaskan dalam buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara oleh Arina Restian, kecapi indung memiliki dawai sebanyak 18 atau 20, sedangkan jumlah dawai pada kecapi rincik adalah 15.
ADVERTISEMENT
Sama seperti kecapi, jumlah dawai jumlah dawai pada sasando berbeda sesuai jenisnya. Misalnya sasando engkel yang memiliki 18 dawai, sasando gong dengan 7 dawai, dan sasando biola dengan jumlah dawai 30, 32, atau 36 dawai.
Cara Memainkan
Perbedaan kecapi dan sasando berikutnya bisa dilihat dari cara memetik dawai. Kecapi dimainkan dengan meletakkannya di meja atau lantai. Pemain kecapi atau pakkacaping lalu akan memetik dawai tersebut dengan jari.
Kecapi biasanya dimainkan bersama dengan alat musik tradisional lainnya, seperti gendang, suling, gong, biola, mandaliong, dan lain-lain. Terkadang, ada penyanyi laki-laki maupun perempuan yang mengiringi musiknya.
Sedangkan, sasando dimainkan dengan dipegang sambil duduk atau berdiri. Pemain perlu memangku sasando sambil memegang alat musik itu di hadapannya, lalu memetik dawainya dengan jari.
ADVERTISEMENT
Pemain sasando butuh dua tangan untuk memainkan sasando. Kedua tangan itu diposisikan dengan arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Tangan kanan berfungsi memainkan akor, sedangkan tangan kiri bertugas memainkan melodi dan bas.
(ADS)