Konten dari Pengguna

Perjalanan Hidup DN Aidit yang Menjadi Sosok Petinggi PKI

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 September 2020 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
DN Aidit foto:Kemdikbud
zoom-in-whitePerbesar
DN Aidit foto:Kemdikbud
ADVERTISEMENT
Sosok DN Aidit atau Dipa Nusantara Aidit tak bisa dilepas dari pemberontakan G30S/PKI. Pria kelahiran Pulau Belitung tersebut menjadi salah satu tokoh yang bertanggung jawab dalam peristiwa malam berdarah yang terjadi pada 1965 silam.
ADVERTISEMENT
Selain dikenal sebagai tokoh pemberontak, DN Aidit juga dipandang sebagai sosok yang membesarkan Partai Komunis Indonesia (PKI), partai yang berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara dengan paham komunis.
Dikutip dari situs Kepustakaan Presiden Perpusnas, DN Aidit semula menyandang nama Ahmad Aidit dari orang tuanya. Sejak kecil, pria yang akrab disapa Amat itu sudah mengeyam pendidikan dengan sistem kolonial Belanda.
Ayahnya yang bernama Abdullah Aidit merupakan tokoh agamis di Belitung. Hal ini bisa dibuktikan dari aksi sang ayah yang mendirikan perkumpulan Nurul Islam berbasis Muhammadiyah.
Beranjak dewasa, Aidit berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib. Di sana, ia mengganti nama Ahmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit. Selain mengganti nama, dirinya juga menempuh pendidikan di Sekolah Dagang atau Handels School.
ADVERTISEMENT
Selama di sana, Aidit banyak menyerap teori politik Marxis lewat Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda. Ini adalah cikal bakal PKI.
Selain itu, dirinya juga berkenalan dengan orang penting di Tanah Air seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin.
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
Seiring berjalannya waktu, Aidit dipercaya menjabat sebagai Sekjen hingga ketua PKI. Dengan jiwa kepemimpinannya, ia sukses mengangkat PKI sebagai partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.
Dikutip dari jurnal Perkembangan Politik Partai Komunis Indonesia (1948-1965) karya Runalan Soedarmo & Ginanjar, Aidit juga berhasil membawa PKI menjadi partai keempat terbesar dalam Pemilu 1955.
Pada 30 September 1965, keberadaan PKI mengukir sejarah kelam di Tanah Air. Dikutip dari jurnal Gerakan 30 September 1965 dalam Perspektif Filsafat Sejarah Marxisme oleh Harsa Permata, Aidit melancarkan aksi penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh perwira tinggi militer.
ADVERTISEMENT
Gerakan tersebut bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno dan mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis.
Menurut jurnal Pengaruh Peristiwa Gerakan 30 September 1965 Terhadap Kondisi Sosiopsikologis Masyarakat Kelurahan Wungu Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun 1965-1998, PKI juga merebut gedung Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyebarkan propaganda. Namun, aksi DN Aidit dan PKI akhirnya berhasil diredam oleh Soeharto beserta pasukannya.
Setelah G30S/PKI berakhir, seluruh anggota PKI yang tersisa mulai diburu, termasuk Aidit sebagai pemimpin PKI. Dikutip dari situs Kemdikbud, Aidit yang melarikan diri ke Jawa Tengah ditembak mati oleh pasukan yang dipimpin Kolonel Yasir Hadibroto.
(GTT)