Konten dari Pengguna

Perlawanan Diponegoro 1825-1830, Perang Terbesar di Pulau Jawa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Desember 2020 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perlawanan Pangeran Diponegoro. Foto: wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perlawanan Pangeran Diponegoro. Foto: wikipedia
ADVERTISEMENT
Indonesia pernah mengalami masa kelamnya dijajah oleh belanda selama 3,5 abad. Lamanya penjajahan ini tidak mungkin tanpa perlawanan. Berbagai macam perlawanan digencarkan rakyat Indonesia, salah satunya perlawanan Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Perlawanan Diponegoro atau biasa dikenal dengan Perang Diponegoro terjadi selama lima tahun dari 1825-1830. Perang besar ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang berpusat di Pulau Jawa.

Latar Belakang Perlawanan Diponegoro

Sejak kedatangan Marsekal Herman Willem Daendels di Batavia, pengaruh kolonial Belanda semakin kentara di pulau Jawa khususnya Keraton Yogyakarta. Banyak pihak istana yang memihak Belanda karena keuntungan yang dijanjikannya.
Setelah Sri Sultan Hamengkubuwono IV wafat, Residen Yogyakarta Hendrik Smissaert banyak mencampuri urusan kekuasaan keraton. Banyak kebijakan sepihak yang dimuluskan olehnya.
Saat itu Pangeran Diponegoro yang menjabat sebagai Wali Raja tidak tahan dengan kehadiran Belanda di Keraton Yogyakarta. Akhirnya Pangeran Diponegoro memutuskan untuk kembali ke kediamannya di Tegalrejo.
ADVERTISEMENT
Selang berapa waktu, Belanda memasang patok-patok perbaikan jalan di sepanjang makam leluhur Pangeran Diponegoro. Ulah Belanda ini memancing kemarahan Pangeran Diponegoro dan rakyat setempat. Akhirnya Pangeran Diponegoro mengganti patok tersebut dengan tombak sebagai tanda perlawanannya terhadap Belanda, rakyat pun menyatakan perang.

Kronologi Perlawanan Diponegoro

Pangeran Diponegoro melancarkan strategi perang melawan Belanda selama lima tahun. Ia mennggunakan taktik gerilya dengan melakukan pengelabuan, serangan kilat, dan pengepungan tak terlihat.
Sedangkan belanda yang saat itu dipimpin oleh De Kock menggunakan taktik Benteng Stelsel, yaitu dengan mendirikan benteng di setiap daerah yang dikuasainya dan dihubungkan dengan jalan agar komunikasi serta pergerakan pasukan bergerak lancar.
Ternyata taktik ini membuat pasukan Diponegoro terjepit. Sehingga pada tahun 1829 Kyai Mojo sebagai pemimpin spiritual perang tertangkap. Kemudian menyusul Panglima Perang Sentot Alibasah dan Pangeran Mangkubumi yang menyerah kepada Belanda.
ADVERTISEMENT
Pangeran Diponegoro yang turut terjepit di Magelang kemudian menyerah kepada Belanda dengan syarat anggota laskarnya dilepaskan seluruhnya. Usai menyerahkan diri, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado dan dipindahkan Kembali ke Makassar hingga wafat di Benteng Rotterdam pada 8 Januari 1855.
Berakhirnya Perang Jawa ini merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Setelah perang berakhir, jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
(MSD)